SURABAYA, KOMPAS.com - Komunitas Gerakan Mengajak Sedekah Surabaya (Geng Gemes) membagikan cerita tentang bagaimana memilih ratusan anak jalanan dan yatim piatu untuk disekolahkan kembali.
Ketua Yayasan Geng Gemes, Hadi Prayitno mengatakan, komunitas tersebut didirikan oleh beberapa orang temannya pada 2016 silam. Lalu, komunitas ini telah berubah menjadi yayasan sekitar tahun 2020.
"Kalau awalnya orangnya silih berganti, sekarang ada belasan orang pengurus. Kita semua bekerja jadi Geng Gemes tidak mencari uang," kata Hadi saat dikonfirmasi, Senin (27/1/2025).
Hadi menyebut, belasan pengurus Geng Gemes memiliki tugasnya sendiri dalam menjalankan komunitas. Sebab, setiap anggota membagi peran karena juga disibukkan oleh pekerjaan.
Baca juga: Geng Gemes, Sekolahkan Anak Jalanan dan Yatim Piatu di Surabaya
"Ya ada yang bagian terjun ke masyarakat terus mencarikan sekolah, ada yang bagian survei anak-anaknya. Tapi nanti biasanya ganti-gantian tergantung yang lagi off kerjanya," ujar dia.
"Karena pengurus itu semuanya pekerja, jadi kami bukan pekerja di Geng Gemes. Jadi komunitas ini hanya untuk menyalurkan kesenangan saja, enggak ada keuntungannya," tambah dia.
Lebih lanjut, ketika ada anak yang ingin sekolah, bisa meminta tolong pada Geng Gemes di kantornya yang berada di pertokoan San Antonio Pakuwon City, Jalan Kalisari Utara, Mulyorejo, Surabaya.
"Kantornya Geng Gemes itu di ruko (rumah toko) San Antonio, itu punyanya donatur yang rukonya enggak dipakai disuruh nempatin. Kalau rumah singgah di Jalan Kedung Pengkol," ucap dia.
Hadi mengungkapkan, Geng Gemes memiliki kriteria sendiri dalam membantu melanjutkan pendidikan. Utamanya, anak jalanan dalam kondisi yatim piatu dan putus sekolah.
"Nanti akan kami survei, enggak pernah kita enggak survei, jadi datanya anak ini memang valid. Di luar anak yatim piatu, ya kita ambil ceritanya. Kalau benar-benar mau sekolah, kita daftarkan," sambung dia.
Hadi menceritakan, ada kondisi salah satu anak yang didaftarkannya, namun masih memiliki orangtua.
Bocah tersebut menyisihkan penghasilan dari bekerja menjaga warung kopi untuk sekolah.
"Dia ini anaknya preman, tapi pas kerja jaga warung kopi gajinya ini cuma diambil sebagian."
"Terus ada yang lapor dan kami survei, ternyata butuh bantuan, ya kami biayai sekolahnya," kata dia mencontohkan.
Diketahui, Geng Gemes saat ini sudah berhasil menyambung pendidikan sebanyak 243 anak jalanan, yatim piatu, dan putus sekolah. Mereka sekolah mulai dari SD, SMP, SMA, hingga kuliah.
"Sebenarnya anak jalanan ingin kembali ke masyarakat, tapi mereka tidak tahu bagaimana. Harapan kami, ketika mereka lelah hidup di jalanan, mereka punya senjata, ya ijazah sekolah," ungkap dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang