PASURUAN, KOMPAS.com - Kantor Stasiun Geofisika Pasuruan mengingatkan bahwa perubahan cuaca bakal terjadi di perairan pesisir Pulau Jawa bagian timur. Untuk itu, pihaknya mengimbau warga yang beraktivitas di laut agar lebih waspada.
Kepala Stasiun Geofisika Pasuruan, Rully Oktavia Hermawan menjelaskan bahwa gelombang tinggi berpotensi terjadi di perairan Pasuruan dengan kisaran 1,25 hingga 1,5 meter, sedangkan kecepatan angin berada di kisaran 15-16 knot.
"Perubahan cuaca ini dipengaruhi oleh kumpulan awan cumulonimbus, yang menyebabkan naiknya tinggi gelombang, angin kencang, dan petir. Ini terjadi di Selat Madura, dan jika dilihat di petanya, Pasuruan juga terdampak," jelasnya.
Baca juga: Korban Banjir di 3 Kecamatan di Pasuruan Terima Bantuan BPBD
Untuk itu, pihaknya berpesan agar para nelayan yang masih melaut lebih waspada dengan mengedepankan informasi dari kanal-kanal informasi BMKG atau informasi di kantor pelabuhan masing-masing daerah.
"Kondisi perkiraan tersebut berlaku hingga tanggal 18 Januari 2025," tegasnya.
Baca juga: Sungai Wrati Pasuruan Meluap, Dua Desa dan Jalur Pantura Tergenang Banjir
Sementara itu, dari pantauan Kompas.com di Pelabuhan Pasuruan, aktivitas nelayan masih normal seperti biasa.
Seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan, mereka tetap melaut untuk mendapatkan tangkapan ikan.
"Memang agak naik. Tapi bagaimana lagi, kalau tidak melaut tidak dapat ikan. Dari mana dapat uangnya," ujar H. Yanto, salah satu nelayan sekaligus pemilik kapal.
Ia menuturkan bahwa untuk mencari ikan, bersama 20 nelayan lainnya, jarak tempuhnya hingga ke tengah Selat Madura.
Namun, dirinya dan nelayan lainnya tidak akan menempuh ke tengah Selat Madura jika dirasa tangkapan ikan sudah cukup banyak.
"Karena sampai ke tengah Selat Madura, tentunya gelombang tinggi itu sangat terasa. Kalau masih di sisi selatan, masih dapat terkendali," terangnya.
Jika kondisi ikan laut ramai, sekali berangkat H. Yanto bersama temannya bisa meraup ikan sebanyak 3 ton.
Sedangkan saat sepi, mereka hanya membawa ikan sebanyak 5 kuintal.
"Kondisi cuaca seperti ini harga ikan naik. Contohnya ikan gembung, yang biasanya Rp 7.000 per kilogram, sekarang naik menjadi Rp 12 ribu per kilogram," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang