Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kades di Banyuwangi Geram Hadapi Kasus Peredaran Miras yang Berlarut-larut

Kompas.com, 14 Januari 2025, 15:51 WIB
Fitri Anggiawati,
Andi Hartik

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kepala Desa Purwoasri, Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Sutrisno menyampaikan rasa geramnya saat rapat dengar pendapat di Gedung DPRD Banyuwangi, Selasa (14/1/2025).

Rapat dengar pendapat yang dipimpin Ketua Komisi I DPRD Banyuwangi, Marifatul Kamila, bersama Polresta Banyuwangi, Satpol PP, dan beberapa pihak lain tersebut membahas maraknya peredaran minuman keras (miras) di Kecamatan Tegaldlimo.

“Saya sudah capek. 2 tahun saya seperti lelah menyelesaikan masalah ini,” kata Sutrisno.

Baca juga: Menilik Resik Kagungan, Ritual Bersih Pusaka ala Banyuwangi

Dia bahkan mengungkap bahwa kehidupan pribadinya terganggu karena dirinya fokus menyelesaikan permasalahan yang disebutnya berlarut-larut.

“Saya bahkan tidak ada di rumah ketika istri saya meninggal karena sibuk mengurus kasus miras,” ungkapnya menahan emosi.

Baca juga: Alexander Saununu Puas Persewangi Banyuwangi Lolos 32 Besar Liga 4 Jatim

Sutrisno meminta ketegasan pihak terkait karena sejak tahun 2022, dia merasa hanya mendapatkan janji-janji bahwa akan ada tindakan untuk menutup toko-toko miras tak berizin tersebut.

Dia mencontohkan, terdapat sebuah toko miras yang dikatakannya memiliki izin beroperasi di Desa Kalipait, Tegaldlimo, justru beroperasi di desanya dan lokasinya strategis.

“Masyarakat desa sangat keberatan. Toko sangat dekat dengan masjid besar, sekolah favorit, dan dua pura besar. Toko masih beroperasi hingga sekarang,” urai Sutrisno.

Sehingga, perilaku para pemabuk yang tak hanya orang dewasa, tapi juga anak-anak yang belum cukup umur pun disebutnya tak terkendali karena tak mengenal tempat dan waktu.

“Bukan hanya kegiatan kemerdekan, saat puasa, saat takbiran, isinya begitu-begitu saja (minum miras),” ujarnya.

Bahkan, kini di desanya pula terdapat sebuah jalan yang dinamakan “Gasakan” yang artinya berkelahi karena sering menjadi tempat para pemabuk berulah.

“Sabtu Minggu ramai di Jalan Gasakan. Itu perempatan, medan untuk orang mabuk bertengkar. Kasus ini berlarut-larut sampai akhirnya kasus anak muda yang bunuh teman karena miras itu,” tuturnya.

Lewat dengar pendapat yang menghadirkan pihak-pihak terkait tersebut, Sutrisno menuntut tindakan tegas agar toko-toko miras ilegal tersebut segera ditutup.

“Masyarakat Tegaldlimo aslinya religius, jangan dirusak dengan hal seperti ini,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi I DPRD Banyuwangi, Marifatul Kamila memastikan bahwa 13 toko miras di Kecamatan Tegaldlimo yang diurai Sutrisno dalam rapat tersebut dipastikan seluruhnya ilegal.

Pihaknya berkoordinasi dengan pihak terkait, khususnya Satuan Narkoba Polresta Banyuwangi untuk melakukan tindakan tegas untuk menimbulkan efek jera bagi para penjual miras.

“Tidak ada satu pun dinas yang menerbitkan izin peredaran minol di toko kelontong. Kita akan tindak segera,” tandasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau