Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Resik Kagungan, Ritual Bersih Pusaka ala Banyuwangi

Kompas.com, 13 Januari 2025, 10:00 WIB
Fitri Anggiawati,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Lantunan doa mengalir syahdu menciptakan suasana yang hangat dan khidmat. Itulah prosesi Resik Kagungan yang digelar warga Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri, Minggu, (12/1/2025). 

Resik Kagungan adalah ritual pembersihan pusaka peninggalan Buyut Cungking. Tradisi tersebut tak luntur oleh zaman meski masyarakat hidup di tengah hiruk pikuk kehidupan modern. 

“Ritual ini sudah berlangsung turun-temurun sejak ratusan tahun lalu yang digelar setiap bulan Rajab,” kata juru pelihara makam Buyut Cungking, Jam'i. 

Baca juga: Melihat Ritual Pembersihan Pusaka Buyut Cungking Banyuwangi

Dijelaskan Jam'i, Buyut Cungking atau Ki Wongso Karyo merupakan tokoh yang sangat dihormati masyarakat Cungking karena dipercaya sebagai pendiri desa dan memiliki peran penting dalam menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah tersebut.

“Pusaka-pusaka yang dibersihkan dalam ritual ini dipercaya memiliki kekuatan spiritual dan menjadi simbol kesatuan masyarakat,” tambahnya. 

Sebelum membersihkan pusaka, warga yang hadir akan lebih dulu menyantap jenang pangapuro yang menjadi simbol permohonan maaf kepada leluhur. 

Selanjutnya membersihkan pusaka-pusaka peninggalan Buyut Cungking antara lain tombak, keris kagungan, sangku, layang, sirip ikan agung, dan endog kebo.

Tetua adat melakukan prosesi pembersihan pusaka Buyut Cungking pada Resik Kagungan, Minggu, (12/1/2025). KOMPAS.com/FITRI Tetua adat melakukan prosesi pembersihan pusaka Buyut Cungking pada Resik Kagungan, Minggu, (12/1/2025).

“Tombak pusaka Buyut Cungking spesial. Konon dulu terdapat dua tombak, satu dipegang Presiden Soekarno dan satu lagi di Cungking ini,” ujarnya. 

Terdapat pula krikil swargo, krikil Madinah, tepung gelang, dan grito yang dikeluarkan dengan hati-hati dan penuh hormat dari tajug atau rumah adat setempat.

“Khusus untuk pusaka tombak mendapatkan prosesi dengan bahan khusus,” ujar Jam'i. 

Baca juga: Ada Proses Jamasan Keris di Museum Pusaka TMII, Seperti Apa?

Bahan-bahan yang digunakan antara lain jeruk nipis, bubuk katul dan serutan bambu yang mengandung makna mendalam tentang penyucian diri dan penyucian benda-benda sakral.

“Untuk pusaka lainnya dibersihkan menggunakan air yang nantinya diperebutkan warga karena dipercaya memiliki tuah atau keistimewaan,” tutur Jam'i. 

Untuk diketahui, selain sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, Resik Kagungan juga disebut Jam'i memiliki makna yang lebih dalam yaitu dipercaya dapat membawa berkah, keselamatan dan kesejahteraan bagi masyarakat Cungking. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau