Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Akses Lain, Warga di Malang Nekat Melintasi JLS yang Ambles

Kompas.com, 13 Desember 2024, 15:52 WIB
Imron Hakiki,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Warga Desa Sumberoto, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, nekat melintasi Jalur Lintas Selatan (JLS) yang ambles pada Rabu (11/12/2024). Sebab, tidak ada jalur lain menuju ke lahan pertanian mereka.

Jalur alternatif yang ada cukup jauh. Warga harus memutar sejauh 7 kilometer untuk sampai ke ladang dan sawah mereka.

Yudi Purwanto, warga setempat, mengatakan, pada Kamis (12/12/2024), ia bersama warga lainnya nekat menerobos jalan ambles itu, meskipun statusnya masih tutup total.

“Mau bagaimana lagi? Sebab ini jalan satu-satunya menuju tempat mata pencaharian kami,” ungkapnya saat ditemui, Jumat (13/12/2024).

Baca juga: Longsor, 4 Titik di Jalur Lintas Selatan Malang Ambles

Bahkan, akibat terputusnya akses jalan itu, pertanian jagung yang saat ini sudah memasuki masa panen, terpaksa harus ditunda.

“Terpaksa belum bisa dipanen karena jalannya ambles,” pungkasnya.

Perbaikan sementara

Merespon hal itu, Bupati Malang Sanusi berharap dalam tiga hari ke depan perbaikan sementara JLS dapat dirampungkan, setidaknya untuk akses jalan masyarakat.

Baca juga: Pengemudi Mengantuk, Mobil Terjun ke Jurang Sedalam 50 Meter di Malang

Sebab, untuk perbaikan permanen belum memungkinkan dilakukan karena perlu penyelidikan, investigasi dan pengujian lebih mendalam dari pihak Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia.

“Sebetulnya JLS ini belum tersambung ke Blitar. Jadi belum banyak berfungsi untuk lalu lintas umum. Tapi tetap diperlukan untuk digunakan warga ke sawah,” terang Sanusi.

Kontraktor Pelaksana Proyek Jalan Lintas Selatan (JLS), Umar Syahroni mengatakan, perbaikan sementara sudah dilakukan sejak Kamis (12/12/2024) dan diproyeksikan akan selesai selama 3 hari.

Perbaikan itu di antaranya menumpuk dan meratakan jalan yang ambles dengan tanah, menggunakan satu armada alat berat jenis bego.

“Harapannya memang untuk akses sementara bagi warga setempat,” tuturnya.

Sementara untuk pengerjaan konstruksi permanen, pihaknya masih menunggu intruksi dari Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia (PU RI) yang masih akan melakukan tahap penyelidikan dan investigasi lebih mendalam.

Disinggung dugaan penyebab amblesnya jalan itu, Umar menduga akibat tanah di wilayah itu masih labil, sehingga mudah longsor saat terjadi hujan deras.

“Kontur tanah di kawasan ini kan memang masih hutan murni. Sehingga memang ada tanah yang stabil dan labil. Bisa jadi tanah yang ambles ini masih labil, sehingga menyebabkan longsor,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau