Salin Artikel

Tak Ada Akses Lain, Warga di Malang Nekat Melintasi JLS yang Ambles

MALANG, KOMPAS.com - Warga Desa Sumberoto, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, nekat melintasi Jalur Lintas Selatan (JLS) yang ambles pada Rabu (11/12/2024). Sebab, tidak ada jalur lain menuju ke lahan pertanian mereka.

Jalur alternatif yang ada cukup jauh. Warga harus memutar sejauh 7 kilometer untuk sampai ke ladang dan sawah mereka.

Yudi Purwanto, warga setempat, mengatakan, pada Kamis (12/12/2024), ia bersama warga lainnya nekat menerobos jalan ambles itu, meskipun statusnya masih tutup total.

“Mau bagaimana lagi? Sebab ini jalan satu-satunya menuju tempat mata pencaharian kami,” ungkapnya saat ditemui, Jumat (13/12/2024).

Bahkan, akibat terputusnya akses jalan itu, pertanian jagung yang saat ini sudah memasuki masa panen, terpaksa harus ditunda.

“Terpaksa belum bisa dipanen karena jalannya ambles,” pungkasnya.

Perbaikan sementara

Merespon hal itu, Bupati Malang Sanusi berharap dalam tiga hari ke depan perbaikan sementara JLS dapat dirampungkan, setidaknya untuk akses jalan masyarakat.

Sebab, untuk perbaikan permanen belum memungkinkan dilakukan karena perlu penyelidikan, investigasi dan pengujian lebih mendalam dari pihak Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia.

“Sebetulnya JLS ini belum tersambung ke Blitar. Jadi belum banyak berfungsi untuk lalu lintas umum. Tapi tetap diperlukan untuk digunakan warga ke sawah,” terang Sanusi.

Kontraktor Pelaksana Proyek Jalan Lintas Selatan (JLS), Umar Syahroni mengatakan, perbaikan sementara sudah dilakukan sejak Kamis (12/12/2024) dan diproyeksikan akan selesai selama 3 hari.

Perbaikan itu di antaranya menumpuk dan meratakan jalan yang ambles dengan tanah, menggunakan satu armada alat berat jenis bego.

“Harapannya memang untuk akses sementara bagi warga setempat,” tuturnya.

Sementara untuk pengerjaan konstruksi permanen, pihaknya masih menunggu intruksi dari Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia (PU RI) yang masih akan melakukan tahap penyelidikan dan investigasi lebih mendalam.

Disinggung dugaan penyebab amblesnya jalan itu, Umar menduga akibat tanah di wilayah itu masih labil, sehingga mudah longsor saat terjadi hujan deras.

“Kontur tanah di kawasan ini kan memang masih hutan murni. Sehingga memang ada tanah yang stabil dan labil. Bisa jadi tanah yang ambles ini masih labil, sehingga menyebabkan longsor,” pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/12/13/155213178/tak-ada-akses-lain-warga-di-malang-nekat-melintasi-jls-yang-ambles

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com