SURABAYA, KOMPAS.com - Dengan menggunakan aprone berwarna cokelat yang ditempel pin bertuliskan "Teman Tuli", Della menyapa pelanggan dengan senyum ramahnya, setiap hari Selasa.
Perempuan 20 tahun itu kemudian terlihat mengotak-atik mesin kopi espresso yang ada di lobby Midtown Hotel, Surabaya. Ya, dia meracik kopi pesanan pelanggan yang berlabel Kopi Tutur Rasa.
Terlihat penuh kehati-hatian, Della mulai menghaluskan biji kopi, lalu ditamping menggunakan tamper supaya lebih padat dan rata.
Dia lalu menyeduhkan kopi dengan air panas dari mesin, untuk mengekstrak rasa dan aroma kopi hingga tercium pekat.
“Pakai gula tidak?” tanya Della menggunakan bahasa isyarat kepada pelanggan yang sedari tadi memperhatikan gerak-geriknya.
Baca juga: Belajar Membatik dari Nol dengan Teman Tuli di Karawang
Bagi "teman dengar", kalimat yang dilontarkan Della mungkin terdengar kurang jelas. Sebab dia merupakan tuli yang memiliki semangat tinggi untuk menjadi seorang barista.
Namun, pelanggan tak perlu khawatir jika ingin berkomunikasi dengan dia. Kopi Tutur Rasa menyediakan kartu Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia) yang bisa digunakan untuk belajar mengobrol.
Sekadar basa-basi atau menanyakan racikan kopi mana yang bisa menjadi rekomendasi untuk dinikmati, bisa menggunakan bantuan kartu itu.
Della (20) barista tuli saat menyeduhkan kopi dari mesin di Kopi Tutur Rasa, Surabaya. Della juga tidak segan-segan mengajarkan cara berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat melalui gerakan tangan secara perlahan.
“Kalau pelanggan tidak bisa bahasa isyarat, saya bisa mengetik (kalimat) di handphone,” ucap Della sambil menunjukkan telepon genggamnya, Selasa (19/11/2024).
Baca juga: Belajar Membuat Kopi Latte Art bersama Barista Teman Tuli Difabis
Perempuan yang tinggal di Jalan Demak, Bubutan, Surabaya tersebut tak merasa kesulitan saat berkomunikasi dengan staf atau pegawai resto yang lain.
“Kali pertama, saya belum bisa komunikasi sama staf jadi kesulitan. Saya ingin komunikasi pakai di HP dan tulis, saya mengajarkan bahasa isyarat, sampai sekarang sudah bisa mengerti dan jadi ngobrol yang akrab,” sebut dia.
Sudah hampir dua bulan Della bekerja sebagai peracik kopi di Kopi Tutur Rasa Midtown Hotel Surabaya. Untuk membuat racikan yang pas, Della hanya membutuhkan waktu untuk belajar selama lima hari.
“Dari awal ikut pengalaman pelatihan jadi barista, sekarang sudah bisa,” ujar Della.
Baca juga: Unpad Gelar Konser Musik Inklusif Teman Tuli, Libatkan Juru Bahasa Isyarat
Sejak lulus dari SMA Luar Biasa Karya Mulia Surabaya, Della memang bukan peracik kopi yang handal. Perempuan yang direkrut dari Komunitas Teman Tuli ini justru merupakan seorang penari tradisional.
Tapi tangannya yang terbiasa melenggang gemulai di atas panggung membuat dia lebih cepat untuk memahami cara kerja mesin kopi yang bagi sebagian orang terlihat rumit.
“Saya hobi menari. Saya ikut sanggar tari di Siola (salah satu gedung publik di Surabaya),” tutur dia.
Di luar profesinya sebagai barista, Della memang masih aktif sebagai penari yang kerap tampil di berbagai daerah, seperti Jakarta, Malang, hingga Makasar.
“Saya bisa nari tari Banyuwangi dan Saman. Tapi saya juga suka minum kopi, favoritku caramel latte,” kata Della.
Della mengaku sangat merasa bersyukur karena banyak pelanggan yang ingin belajar bahasa isyarat, setelah mencoba berkomunikasi dan menikmati kopi bikinannya.
Baca juga: Kisah Restianto, Teman Tuli yang Bekerja 27 Tahun di McDonalds