KOMPAS.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi berkunjung ke rumah duka DCN (7), siswa kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada Jumat (15/11/2024) siang.
DCN adalah korban pembunuhan dan perkosaan. Jasadnya ditemukan di areal kebun kosong yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya pada Rabu (13/7/2024).
Saat datang ke rumah duka, Arifah Fauzi tak berhenti meneteskan air mata. Dengan suara bergetar, ia menyampaikan duka yang mendalam kepada keluarga besar DCN.
"Ini adalah perbuatan di luar batas kemanusiaan sangat keji dan tidak manusiawi," kata dia sambil mengusap air mata.
Baca juga: Bocah 7 Tahun di Banyuwangi Tewas Dibunuh dan Diduga Diperkosa, Pemkab Berikan Pendampingan
"Khususnya keluarga ananda semoga Allah memberikan kekuatan kesabaran ketabahan atas musibah dan ujian yang dihadapi keluarga. Ujian bagi masyarakat sekitar sini juga," tambah dia.
Ia juga berharap agar pihak kepolisian segera menangkap pelaku.
"Negara hadir untuk menyampaikan duka cita mendalam. Semoga ananda khusnul khotimah. Menyambut ayah bundanya di surga nanti," kata dia.
Saat datang ke rumah duka, Arifah sempat bertemu dengan ibu korban dalam pertemuan tertutup. Saat ditanya detail pertemuan dengan ibu korban, Arifah sempat menghela napas dan berhenti berbicara sejenak.
"Jangan ditanya itu ya. Semoga cepat ditangkap pelakunya karena ini adalah sebuah kekuatan bagi ibunya," kata dia.
Baca juga: Tragis, Bocah 7 Tahun di Banyuwangi Ditemukan Tewas di Kebun Dekat Rumah
Sebagai informasi, ibu korban dalam kondisi hamil tua. Kondisinya syok saat tahu anaknya meninggal mengenaskan tak jauh dari rumah.
Menurut Arifah Fauzi, perlindungan anak bukan hanya tugas Kementrian PPPA, tapi tanggung jawab semua pihak mulai orangtua, guru, dan masyarakat.
"Jadi mungkin ini yang diperlukan adalah kerja sama dari seluruh masyarakat terdekat. Kalau kita menggunakan istilah anakmu adalah anakku, anak kita. Jadi anak anak-anak yang ada di sekitar kita itu adalah anak kita. Anak tetangga adalah anak kita," kata dia.
"Kalau itu terjadi, kalau anak ada di mana-mana lebih terjaga dan terlindungi. Itu dari segi cara menjaga dari masyarakat terdekat. Nanti kita evaluasi lagi seperti apa dari kasus ini. Mudah- mudahan ada solusi terbaik dari peristiwa ini," kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang