KOMPAS.com - Sejak awal September 2024 hingga Sabtu, 27 Oktober 2024, terdapat 907 kasus penyakit gondongan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Kasus ini terdistribusi di 25 kecamatan, dengan jumlah tertinggi ditemukan di Kecamatan Kota Banyuwangi, Genteng, Sempu, dan Giri.
Dari total 907 kasus, 95,1 persen atau 863 kasus telah dinyatakan sembuh, sementara 44 kasus masih dalam pemantauan.
Hal ini disampaikan oleh Plt Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat, kepada Kompas.com pada Minggu (28/10/2024).
Baca juga: Penyakit Gondongan di Kediri Masih Merebak, Jangkiti Anak Usia Sekolah
"Penyakit gondongan terdeteksi meningkat sejak awal September 2024, dengan puncaknya terjadi pada pertengahan September. Namun, saat ini sudah mengalami penurunan, dengan tinggal 44 kasus yang masih dalam pemantauan," kata Amir.
Amir juga menyatakan bahwa angka kasus gondongan di Banyuwangi pada September 2024 lebih tinggi dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2023.
"Dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, angkanya lebih tinggi di tahun ini. Ini bisa disebut sebagai kejadian luar biasa (KLB). Namun, untuk menyatakan KLB secara resmi, harus ada surat resmi. Untuk kasus gondongan, sudah ada surat edaran yang berisi kewaspadaan terkait gondongan di Banyuwangi," tambah Amir.
Surat edaran Nomor 1832 tahun 2024, yang berisi peningkatan kewaspadaan terhadap parotitis (gondongan), ditandatangani oleh PJ Sekkab Banyuwangi pada 24 Oktober 2024.
Dalam surat tersebut, pihak-pihak termasuk rumah sakit, puskesmas, dan kepala desa diminta untuk menyosialisasikan cara pencegahan gondongan kepada masyarakat.
"Memang gondongan ini bukan penyakit yang fatal, tetapi sangat tidak nyaman dan penyebarannya cepat melalui droplet (cipratan liur) saat berbicara, batuk, dan bersin karena ini adalah virus," kata Amir.
Ia mengingatkan masyarakat untuk menggunakan masker di tempat publik, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir. Selain itu, menjaga imun dengan berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat.
"Kami juga sudah menyiapkan masker di sekolah-sekolah, karena yang terpapar adalah anak-anak berusia antara 2 hingga 12 tahun. Adapun kasus dewasa hanya satu atau dua orang," tambah Amir.
Amir juga menyebutkan bahwa siapa pun dapat terinfeksi penyakit gondongan, terutama jika belum menerima vaksin MMR (measles, mumps, rubella).
Anak-anak biasanya menerima dua dosis vaksin MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dan dosis kedua pada usia 4-6 tahun.
Jika imunisasi pertama belum dilakukan pada usia 18 bulan, vaksin pertama masih dapat diberikan hingga anak berusia 3 tahun.