Editor
KOMPAS.com - Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim) nomor urut 2, Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak unggul dalam survei Litbang Kompas dengan elektabilitas 52,5 persen.
Sementara elektabilitas Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim nomor urut 1, Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim, 3,8 persen.
Sedangkan Calon Gubernur nomor urut 3, Tri Rismaharini - Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans), elektabilitasnya 20,9 persen.
Baca juga: Survei Litbang Kompas Pilkada Jatim 2024: Elektabilitas Khofifah-Emil 52,5 Persen
Peneliti Litbang Kompas, Yohan Wahyu mengungkapkan ada tiga faktor yang menyebabkan elektabilitas Khofifah-Emil unggul dibandingkan dengan dua paslon lainnya. Pertama, adalah faktor petahana satu paket.
"Dengan posisi petahana, apalagi satu paket, ini kan sudah memiliki rekam jejak selama lima tahun terakhir ini sebagai pasangan gubernur dan wakil gubernur. Dan tentu dengan popularitas yang relatif tinggi, apalagi approval rating-nya sudah di atas rata-rata, di atas 70 sampai 75 persen," kata Yohan dalam program Obrolan Newsroom Kompas.com, Jumat (15/11/2024).
Kedua, loyalitas pemilih Khofifah-Emil pada pilkada 2018 lalu dijaga dengan baik sehingga menjadi penopang tingginya elektablitas.
"Khofifah-Emil ini juga menjadi kontestan di Pilkada 2018. Kalau di survei kita, rata-rata 60 persen lebih pemilih mereka itu akan milih mereka lagi. Jadi ada loyalitas pemilih mereka yang relatif dijaga baik. Ini jadi penopang," ungkap Yohan.
Ketiga, dukungan warga Nahdliyin menjadi faktor yang menyokong elektabilitas Khofifah-Emil. Sebab, kata Yohan, responden yang mengaku sebagai warga Nahdliyin rata-rata akan memilih paslon petahana tersebut.
"Kita tahu Jawa Timur basisnya NU. Ini juga rata-rata sebagaian besar responden kita yang mengaku warga NU memilih Khofifah Emil," katanya.
Yohan mengatakan, Khofifah memiliki kelebihan pada aspek struktural dan kultural dalam menggaet suara warga Nahdliyin di Jatim.
Diketahui, secara struktural, Khofifah merupakan Ketua Umum PP Muslimat NU selama 24 tahun.
"Muslimat NU ini jaringannya lumayan di akar rumput. Jaringan infrastruktur sosialnya. Pengajian-pengajian Muslimat itu menjadi kekuatan Khofifah sebagai basis pemilihnya," katanya.
Baca juga: Survei Litbang Kompas Pilgub Jabar 2024: Pengangguran dan Kemiskinan Harus Segera Diselesaikan
Selain itu, menurut Yohan, sosok Khofifah lebih kuat secara kultural di lingkup warga Nahdliyin.
"Bu Luluk cenderung karena PKB-nya. Struktur di PKBnya. Sementara Gus Hans lebih ke kultural tapi tidak populer di Jatim," ungkapnya.
Selain itu, Yohan menyebut, pasangan Luluk-Lukman dan Risma-Gus Hans kalah start dengan Khofifah Emil. Diketahui, Luluk-Lukman dan Risma-Gus Hans baru dipasangkan di menit-menit akhir jelang pendaftaran Pilkada.