Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Minta Murid Pakai Topeng Saat Ujian, Dispendik Surabaya: Strategi Pembelajaran

Kompas.com, 8 November 2024, 19:25 WIB
Andhi Dwi Setiawan,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Dinas Pendidikan Kota Surabaya menilai keputusan guru SDN Sememi 1 yang meminta muridnya menggunakan topeng ketika ujian merupakan inovasi model pembelajaran.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Yusuf Masruh mengatakan, penggunaan topeng oleh murid kelas 6 SDN Sememi 1 saat ujian matematika termasuk strategi pembelajaran.

"Strategi pembelajaran itu kadang, guru banyak model. Contohnya ada yang model wayang, supaya apa? Menyesuaikan kondisi," kata Yusuf ketika dikonfirmasi, Jumat (8/11/2024).

Baca juga: Guru di Surabaya Minta Murid Pakai Topeng Saat Ujian, Ada Apa?

Yusuf mendukung model pembelajaran menggunakan konsep yang berbeda tersebut. Sebab, para murid menjadi tidak bosan dalam menerima pelajaran di sekolah.

"Jadi, model strategi enggak mesti monoton. Yang terpenting kan mudah-mudahan positif, ya contohnya kayak tadi (menggunakan topeng), kondisi anak-anak bisa menerima," ujarnya.

Akan tetapi, Yusuf juga mengingatkan kepada para guru untuk melihat kondisi anak didiknya di kelas sebelum memutuskan menggunakan alat tertentu ketika menyampaikan materi pelajaran.

"Mendukung enggaknya itu, guru di setiap sekolah enggak sama, harus menyesuaikan pembiasaan anak dengan model variasi yang menyenangkan dan mudah dipahami," jelasnya.

Baca juga: 3 Tradisi di Surabaya dan Tujuan, Salah Satunya Sedekah Bumi

"Contoh cerita sejarah, guru pakai model wayang atau topeng itu bisa, tapi tetap melihat koridor waktunya. Jangan sampai menjadikan anak tidak senang ini kan repot," tambahnya.

Diberitakan sebelumnya, seorang guru meminta muridnya menggunakan topeng ketika berada di dalam kelas. Hal tersebut bertujuan agar tidak saling mencontek ketika ujian sekolah.

Berdasarkan video yang diunggah akun TikTok @haya.co, tampak seorang guru wanita mengenakan topeng berwarna oranye. Kemudian, terlihat murid kelas 6 itu juga menggunakanya.

Guru tersebut adalah Intan Kusumaningrum. Anak dalam video tersebut adalah murid kelas 6 di SDN Sememi 1. Topeng itu digunakan saat ujian pada Senin (28/10/2024).

"Saya kasih tahu murid hari Jumat, ada ulangan hari Senin. Mereka (murid) enggak tahu kalau ulangan disuruh pakai topeng," kata Intan ketika dikonfirmasi, Kamis (7/11/2024).

"(Awalnya) saya enggak bilang topengnya dipakai pas ulangan. Mereka semua bawa, saya tidak memaksa beli karena bisa membuat, yang ada saja," tambahnya.

Intan hanya meminta muridnya mengenakan topeng tersebut hanya di 10 menit awal ujian. Menurutnya, metode itu berhasil membuat siswanya tidak mencontek.

"10 menit itu efektif enggak noleh-noleh, karena kalau noleh ada suara tertawa dan kesusahan fokus ke ujian masing-masing. Antara fokus capek, bingung, enggak bisa nyontek," jelasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau