Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arca Totok Kerot, Sosok Raksasa Tambun dari Perempuan Terkutuk di Kediri

Kompas.com, 30 Oktober 2024, 08:34 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Hanya berjarak sekitar lima kilometer dari Kantor Bupati Kediri, Jawa Timur, terdapat sebuah arca berukuran besar peninggalan era Kerajaan Kediri yang disebut Arca Totok Kerot.

Lokasi tepatnya di pinggir jalan raya kawasan persawahan Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu. Lokasi ini juga berjarak sekitar dua kilometer arah utara kawasan wisata Monumen Simpang Lima Gumul (SLG).

Arca tersebut berbahan batu andesit tunggal dan mempunyai ketinggian sekitar tiga meter. Menurut jenisnya, merupakan arca dwarapala atau patung penjaga gerbang.

Secara visual, badan arca raksasa ini terlihat gemuk berpostur tambun dengan posisi jongkok bertumpu satu kaki menghadap ke barat.

Rambutnya gimbal panjang menjuntai ke belakang pundak. Mimik wajahnya menyeramkan dengan mata yang melotot dan gigi terekspos.

Baca juga: Balai Pelestarian Kebudayaan Dalami Hilangnya Fragmen Arca Situs Krapyak

Arca tersebut mempunyai pahatan yang tergolong jelas dan mendetil. Lengkap dengan sejumlah ornamen maupun manik-maniknya.

Mulai dari ikat kepala, kalung, anting, hingga gelang tangan semuanya berhias tengkorak. Gelang kaki berbentuk ular serta ikat dada yang nampak kedodoran.

Sayangnya, arca yang ditemukan sejak puluhan tahun lalu itu kini kondisinya tidak utuh. Dua tangannya rusak bahkan lengan tangan kirinya raib bekas patahan.

Sehingga dengan hilangnya lengannya itu tidak diketahui pasti atribut senjata apa yang dibawanya. Biasanya, senjata yang dibawa dwarapala berbentuk gada, pedang, tali laso, maupun ular berbisa.

Kepala Bidang Museum dan Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri, Eko Priatno mengatakan, arca Totok Kerot merupakan peninggalan purbakala dan sudah masuk dalam daftar cagar budaya Kabupaten Kediri.

“Khususnya jenis cagar budaya kategori benda,” ujar Eko Priatno pada Kompas.com, Selasa (28/10/2024).

Bahkan menurut dia, status cagar budayanya ada dua kategori, yakni kategori benda pada arcanya dan kategori kawasan pada lingkungan sekitarnya.

Baca juga: Fragmen Arca Situs Krapyak di Klaten Hilang Diduga Diperjualbelikan

Ada pun nama Totok Kerot, masih kata Eko, merupakan nama akrab yang disematkan oleh masyarakat sekitar sejak dahulu kala.

Perempuan Lodaya

Di kalangan masyarakat tersebut, menurut Eko, juga berkembang dan mengakar kuat sebuah cerita rakyat atau legenda yang merujuk pada kisah Totok Kerot tersebut.

Yakni adanya seorang Putri Lodaya yang hendak melamar sang Prabu Jayabaya sebagai penguasa wilayah Kediri. Namun lamaran itu ditolak sehingga memicunya berbuat onar.

Halaman:


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau