KEDIRI, KOMPAS.com - Hanya berjarak sekitar lima kilometer dari Kantor Bupati Kediri, Jawa Timur, terdapat sebuah arca berukuran besar peninggalan era Kerajaan Kediri yang disebut Arca Totok Kerot.
Lokasi tepatnya di pinggir jalan raya kawasan persawahan Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu. Lokasi ini juga berjarak sekitar dua kilometer arah utara kawasan wisata Monumen Simpang Lima Gumul (SLG).
Arca tersebut berbahan batu andesit tunggal dan mempunyai ketinggian sekitar tiga meter. Menurut jenisnya, merupakan arca dwarapala atau patung penjaga gerbang.
Secara visual, badan arca raksasa ini terlihat gemuk berpostur tambun dengan posisi jongkok bertumpu satu kaki menghadap ke barat.
Rambutnya gimbal panjang menjuntai ke belakang pundak. Mimik wajahnya menyeramkan dengan mata yang melotot dan gigi terekspos.
Baca juga: Balai Pelestarian Kebudayaan Dalami Hilangnya Fragmen Arca Situs Krapyak
Arca tersebut mempunyai pahatan yang tergolong jelas dan mendetil. Lengkap dengan sejumlah ornamen maupun manik-maniknya.
Mulai dari ikat kepala, kalung, anting, hingga gelang tangan semuanya berhias tengkorak. Gelang kaki berbentuk ular serta ikat dada yang nampak kedodoran.
Sayangnya, arca yang ditemukan sejak puluhan tahun lalu itu kini kondisinya tidak utuh. Dua tangannya rusak bahkan lengan tangan kirinya raib bekas patahan.
Sehingga dengan hilangnya lengannya itu tidak diketahui pasti atribut senjata apa yang dibawanya. Biasanya, senjata yang dibawa dwarapala berbentuk gada, pedang, tali laso, maupun ular berbisa.
Kepala Bidang Museum dan Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri, Eko Priatno mengatakan, arca Totok Kerot merupakan peninggalan purbakala dan sudah masuk dalam daftar cagar budaya Kabupaten Kediri.
“Khususnya jenis cagar budaya kategori benda,” ujar Eko Priatno pada Kompas.com, Selasa (28/10/2024).
Bahkan menurut dia, status cagar budayanya ada dua kategori, yakni kategori benda pada arcanya dan kategori kawasan pada lingkungan sekitarnya.
Baca juga: Fragmen Arca Situs Krapyak di Klaten Hilang Diduga Diperjualbelikan
Ada pun nama Totok Kerot, masih kata Eko, merupakan nama akrab yang disematkan oleh masyarakat sekitar sejak dahulu kala.
Di kalangan masyarakat tersebut, menurut Eko, juga berkembang dan mengakar kuat sebuah cerita rakyat atau legenda yang merujuk pada kisah Totok Kerot tersebut.
Yakni adanya seorang Putri Lodaya yang hendak melamar sang Prabu Jayabaya sebagai penguasa wilayah Kediri. Namun lamaran itu ditolak sehingga memicunya berbuat onar.