MALANG, KOMPAS.com – Ketua RT 14 RW 2, Desa Sumberagung, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Sutinah, dengan sigap keluar rumah sambil menenteng beberapa jeriken di kedua tangannya, saat truk tangki berisi 5.000 liter air bersih bantuan pemerintah tiba pada Sabtu (12/10/2024) siang.
Setelah air dituang ke tandon komunal yang berada di depan rumahnya oleh sopir truk tangki, Sutinah segera mengisi jeriken-jeriken itu dengan air bersih hingga penuh.
Ia terus mengambil jeriken tambahan hingga jumlahnya mencapai puluhan.
Air bersih tersebut bukan untuk kepentingannya sendiri, melainkan untuk dibagikan kepada warganya yang membutuhkan.
Baca juga: Potret Kekeringan di Ponorogo, Krisis Air Bersih Kian Meluas
Masyarakat di kawasan tersebut saat ini tengah dilanda kekeringan akibat musim kemarau yang panjang.
“Di RT saya ada 75 Kepala Keluarga yang terdampak kekeringan sejak dua bulan terakhir ini. Sengaja dikemas gini, kalau tidak, bisa berebut. Kasihan yang kerja atau ke sawah, kadang tidak kebagian. Jadi biar adil, saya membaginya di jeriken begini,” ungkap Sutinah.
Selama masa kekeringan, warga setempat menggantungkan kebutuhan air bersih dari bantuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, mencuci piring, dan memberi minum hewan ternak.
Sementara itu, untuk mencuci baju, warga harus menempuh jarak kurang lebih 3 kilometer ke sungai.
“Kalau untuk masak biasanya pakai air mineral, jadi beli,” tuturnya.
Namun, bantuan air bersih dari pemerintah tidak datang setiap hari.
Biasanya, bantuan tersebut tiba satu atau dua pekan sekali.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih selama bantuan tidak datang, warga terpaksa membeli air dari desa lain dengan harga Rp 60.000 per 500 liter.
“Dalam seminggu, warga bisa membeli hingga dua kali,” ujarnya.
Kekeringan ini telah melanda wilayah tersebut selama dua hingga tiga bulan terakhir.
Sutinah menambahkan bahwa sumber air terdekat mengering sejak bulan Agustus lalu, dan sumur bor miliknya juga tidak dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan air.