Salin Artikel

Kekeringan di Malang, Ketua RT Inisiatif Bagi-bagi Jerigen Air untuk Warga

Setelah air dituang ke tandon komunal yang berada di depan rumahnya oleh sopir truk tangki, Sutinah segera mengisi jeriken-jeriken itu dengan air bersih hingga penuh.

Ia terus mengambil jeriken tambahan hingga jumlahnya mencapai puluhan.

Air bersih tersebut bukan untuk kepentingannya sendiri, melainkan untuk dibagikan kepada warganya yang membutuhkan.

Masyarakat di kawasan tersebut saat ini tengah dilanda kekeringan akibat musim kemarau yang panjang.

“Di RT saya ada 75 Kepala Keluarga yang terdampak kekeringan sejak dua bulan terakhir ini. Sengaja dikemas gini, kalau tidak, bisa berebut. Kasihan yang kerja atau ke sawah, kadang tidak kebagian. Jadi biar adil, saya membaginya di jeriken begini,” ungkap Sutinah.

Selama masa kekeringan, warga setempat menggantungkan kebutuhan air bersih dari bantuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, mencuci piring, dan memberi minum hewan ternak.

Sementara itu, untuk mencuci baju, warga harus menempuh jarak kurang lebih 3 kilometer ke sungai.

“Kalau untuk masak biasanya pakai air mineral, jadi beli,” tuturnya.

Namun, bantuan air bersih dari pemerintah tidak datang setiap hari.

Biasanya, bantuan tersebut tiba satu atau dua pekan sekali.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih selama bantuan tidak datang, warga terpaksa membeli air dari desa lain dengan harga Rp 60.000 per 500 liter.

“Dalam seminggu, warga bisa membeli hingga dua kali,” ujarnya.

Kekeringan ini telah melanda wilayah tersebut selama dua hingga tiga bulan terakhir.

Sutinah menambahkan bahwa sumber air terdekat mengering sejak bulan Agustus lalu, dan sumur bor miliknya juga tidak dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan air.

“Sumur tidak sampai kering, tapi tidak cukup untuk memenuhi semuanya,” bebernya.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang bersama jajaran Forkopimda terus menyalurkan bantuan air bersih ke sejumlah daerah di Kabupaten Malang yang mengalami kekeringan.

Setidaknya ada 12 desa yang tersebar di 4 kecamatan yang terdampak, yakni Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Donomulyo, Kalipare, dan Gondanglegi, dengan jumlah akumulasi warga yang terdampak mencapai 6.667 jiwa.

"Distribusi air bersih itu kita lakukan sejak Agustus hingga saat ini, dengan jumlah distribusi air kurang lebih sebanyak 70 ribu liter per hari," ungkap Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Sadono Irawan, melalui pesan singkat pada Sabtu (12/10/2024).

Namun, luasnya wilayah yang terdampak menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah.

Salah satunya adalah kurangnya armada pengangkut air dan sumber mata air terdekat, sehingga harus menempuh jarak yang cukup jauh.

"Untuk BPBD Kabupaten Malang memiliki 3 armada truk tangki. Kemudian dibantu armada PMI, Dinas Sosial, Dinas Ciptakarya, dan Perumda Tirta Kanjuruhan. Ada juga truk terbuka pendukung yang menggunakan tandon air dengan 5 unit,” ujarnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/10/13/110241378/kekeringan-di-malang-ketua-rt-inisiatif-bagi-bagi-jerigen-air-untuk-warga

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com