Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal PDI-P Gabung ke KIM Plus, Hasto: Yang Penting Pertemuan Ibu Mega dan Pak Prabowo Dulu

Kompas.com, 7 Oktober 2024, 18:46 WIB
Asip Agus Hasani,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

BLITAR, KOMPAS.com – Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P, Hasto Kristiyanti kembali menegaskan bahwa keputusan soal partainya bergabung ke Pemerintah Prabowo-Gibran berada di tangan Ketum PDI-P, Megawati Soekarnoputri. 

“Tapi sekali lagi terkait dengan sikap partai nanti apakah berada dalam pemerintahan nanti akan diputuskan Ibu Megawati Soekarnoputri, karena ini adalah kewenangan beliau,” ujar Hasto kepada awak media di sela ziarah Makam Bung Karno bersama Megawati, Senin (7/10/2024).

Baginya, yang paling penting adalah rencana pertemuan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto. 

Baca juga: Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Bahlil: Itu Bagus

“Yang penting nanti ada pertemuan lebih dahulu antara Ibu Megawati Soekarnoputri dan Bapak Prabowo Subianto,” tambahnya.

Menurutnya, pertemuan antara Megawati dan Prabowo akan berlangsung sebelum pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih yang dijadwalkan pada Minggu (20/10/2024) mendatang.

“Pertemuan itu merupakan hal yang baik, bagian dari silaturahim bangsa, pemimpin bangsa. Komunikasi intens sudah dilakukan tinggal menunggu momentum yang tepat. Tentu momentum itu sebelum pelantikan Bapak Prabowo sebagai Presiden Republik Indonesia,” ucapnya.

Ditanya apa yang akan dibicarakan pada pertemuan itu, Hasto menyebut tentang pentingnya kesatupaduan segenap komponen bangsa dalam menghadapi tantangan ke depan.

Tantangan itu, kata Hasto, antara lain berupa ketegangan geopolitik di Timur Tengah, perang Rusia-Ukraina yang belum selesai, persoalan pangan, dan tantangan kehidupan perekonomian.

“Semua memerlukan dialog jernih antara Megawati dan Prabowo,” ujarnya.

Hasto mengklaim bahwa pertemuan antara Megawati dan Prabowo akan lebih besar daripada sekedar membicarakan berapa kursi kabinet yang akan diberikan kepada PDI-P.

“Kami lebih berbicara tentang bagaimana membangun komitmen untuk bangsa dan negara. Persoalan menteri kami serahkan kepada presiden yang memiliki hak untuk itu,” ucap Hasto.

“Kata Bung Karno, for fighting a nation there are no jeurney ends. Sehingga komitmen itu yang akan jauh lebih penting daripada sekedar urusan politik praktis atau pun susunan kabinet ke depan,” tambahnya.

Isu Puan cawapres

Ditanya beredarnya isu Puan Maharani disiapkan sebagai calon wakil presiden pengganti, Hasto menolak menjawab langsung. Hasto mengatakan bahwa Puan telah terpilih sebagai Ketua DPR RI.

Kata Hasto, terpilihnya Ketua DPP PDI-P Puan Maharani sebagai Ketua DPR RI merupakan kebanggaan tersendiri bagi seluruh kader PDI-P.

Baca juga: Bahlil Harap Kader Golkar Jateng Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Menurut Hasto, posisi strategis PDI-P yang menguasai kursi ketua DPR RI akan dimanfaatkan untuk membangun komunikasi yang lebih intensif dengan pemerintah ke depan. Pada saat yang sama, kata Hasto, saluran aspirasi rakyat melalui DPR RI akan dipastikan efektivitasnya.

“Mbak Puan alhamdulillah melalui dukungan rakyat, PDI Perjuangan sebagai pemenang pemilu, sehingga Mbak Puan telah dikukuhkan sebagai Ketua DPR RI. Ini sangat membanggakan seluruh kader PDI Perjuangan,” ujarnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau