SURABAYA, KOMPAS.com - Video proses penyembelihan sapi dengan cara ditembak di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Pegirian, Surabaya, Jawa Timur, viral di media sosial.
Dalam video yang beredar, tampak seseorang diduga menembak kepala sapi. Kemudian hewan itu roboh dan menciptakan kesan bahwa sapi mati karena ditembak.
Direktur Utama RPH Surabaya Fajar Arifianto Isnuroho mengatakan, video yang beredar di media sosial tersebut tidak lengkap dan menyesatkan.
Baca juga: Ramai Video Pemingsanan Sapi, RPH Surabaya Akan Laporkan Perekam ke Polisi
Menurutnya, yang terlihat hanya saat sapi dipingsankan (stunning), kemudian roboh. Namun, proses penyembelihan tidak ditunjukkan.
"Saya menyatakan bahwa video itu tidak sepenuhnya benar, karena tidak menampilkan keseluruhan proses," kata Fajar di Surabaya, Kamis (26/9/2024).
Fajar menjelaskan, sapi dalam video tersebut sedang melalui proses pemingsanan. Sebuah metode yang diwajibkan untuk sapi impor.
Setelah sapi pingsan akibat stunning, penyembelihan kemudian dilakukan sesuai kaidah syariat oleh Juru Sembelih Halal (Juleha) RPH.
"Jadi hewan dipingsankan dengan cara stunning, kemudian setelah roboh dilakukan penyembelihan secara syar'i oleh Juleha. Namun di video itu terkesan sekali tidak ada kelengkapan penyembelihannya," ungkap dia.
Menurut Fajar, orang yang terekam dalam video viral itu telah diberhentikan sekitar sebulan yang lalu. Salah satu dari mereka adalah anggota tim stunner yang bekerja atas dasar kerja sama antara RPH dengan pemasok sapi BX dari Australia.
"Seseorang dalam video tersebut sudah tidak bekerja di RPH sejak sebulan lalu, jadi video ini kemungkinan dibuat lebih dari sebulan yang lalu," ungkap Fajar.
Terkait adanya darah yang terlihat dalam video, Fajar mengaku darah tersebut adalah hasil penyembelihan sapi setelah proses pemingsanan.
"Jadi, setelah sapi dipingsankan, langsung dilakukan penyembelihan, bukan mati ditembak seperti yang ditafsirkan dalam video," ujar dia.
Atas beredarnya video viral tersebut, pohaknya berencana melaporkannya ke kepolisian.
"Kami sedang menyusun kronologi untuk melaporkan penyebaran berita bohong ini. Video yang tidak lengkap ini sangat menyesatkan dan meresahkan publik," kata Fajar.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang