Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perempuan dengan Skizofrenia di Banyuwangi, Berdaya dengan Dukungan Keluarga

Kompas.com, 18 September 2024, 17:30 WIB
Rachmawati,
Andi Hartik

Tim Redaksi

KOMPAS.com - MR (44), sedang sibuk memasukkan serundeng kelapa ke dalam plastik sambil berbincang dengan anggota keluarganya.

Hari itu, MR dan keluarganya sedang mempersiapkan selamatan 40 hari meninggalnya sang ayah di rumahnya yang berada di wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pada Jumat (13/9/2024).

Sejak 7 tahun terakhir, MR didiagnosa schizophrenia, unspecified (f20.9). Namun dengan dukungan keluarganya, MR kini bisa beraktivitas bahkan bekerja bersama dengan orang-orang sekitarnya. Ia pun bekerja dengan sang adik yang membuka usaha UMKM makanan.

D (42), adik kandung MR bercerita kisah kakak perempuannya berawal sejak 20 tahun lalu. Setelah lulus SMP, kakaknya memilih bekerja di Bali dan melanjutkan sekolah.

Hal itu terpaksa dilakukan karena mereka berasal dari keluarga yang tak mampu.

"Almarhum ayah saya kusir delman, kami tiga bersaudara harus bisa menerima kondisi keluarga. Hingga akhirnya Mbak MR sebagai anak pertama memilih bekerja di Bali untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan juga kami adik-adiknya," kata D saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Jumat (13/9/2024).

Baca juga: Beda dengan Demensia, Kemenkes: Alzheimer Penyakit Serius, Belum Bisa Diobati

D tak tahu penyebabnya, tiba-tiba sang kakak berubah pendiam dan emosinya tak terkontrol. Ia menduga, kakaknya mendapat masalah saat bekerja di Bali.

"Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan kakak saya saat itu. Tapi kehidupan kami berubah. Apa yang kami punya dijual untuk pengobatan Mbak MR," kata dia.

Baca juga: Pekanbaru Sediakan Klinik Memori untuk Mencegah Alzheimer

Kala itu, ibu mereka sudah meninggal dunia. Menurut D, kondisi kakaknya sangat menyedihkan karena kerap melukai diri sendiri, mencabut rambutnya hingga habis dan kerap melempar barang.

Tak hanya itu, sang kakak juga pernah hilang dan meninggalkan rumah selama tujuh hari hingga akhirnya ditemukan di wilayah yang cukup jauh dari rumah.

"Kami tidak tahu penyebabnya apa. Seperti Mbak, saya dan adik bungsu juga lulus SMP. Mbak MR diobatkan ke mana saja sama bapak. Semua yang dipunya dijual untuk biaya. Bahkan pengoabatan spiritual pun kami lakukan, " kata dia.

Hingga akhirnya D pun memilih untuk bekerja menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Singpuara. Sementara MR tinggal di Banyuwangi bersama sang ayah dan adik bungsunya, F yang kala itu masih berusia di bawa umur.

"Ke Singapura untuk memperbaiki hidup keluarga," kata dia.

Walau di Singapura, D tak melepaskan perhatiannya kepada sang kakak. Sebagian penghasilannya pun dikirim ke Indonesia untuk pengobatan sang kakak.

"Saya mau Mbak MR sembuh," kata D.

Halaman:


Terkini Lainnya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau