"Itulah kuncinya. Karena penderita Demensia Alzheimer cenderung aktif. Maka kita harus mengajak beraktivitas, dengan salat, zikir, dan komunikasi tersebut," ujarnya.
Terbukti, terapi itu manjur. Beberapa penderita menunjukkan perkembangan yang lebih baik. Dari awalnya sering marah-marah serta tiba-tiba keluar sendirian, seiring waktu berubah jadi lebih manut.
"Tentu kalau sembuh 100 persen, ingatannya menjadi pulih, sulit. Karena faktor usia yang memang sudah uzur," katanya.
"Tapi dengan terapi yang kami terapkan, seiring waktu mereka mulai nyambung ketika diajak komunikasi," imbuhnya.
Nurhadi menyebut, dari 30 lansia yang menderita Demensia Alzheimer itu, 5 di antaranya merupakan limpahan dari keluarganya, karena tidak mampu merawatnya.
"Sisanya, diambil dari jalanan, yang memang selama ini terlantar," ungkap Nurhadi.
Mereka yang terlantar rupanya memang sengaja ditelantarkan keluarganya akibat tidak mampu merawat.
"Karena keluarganya tidak mampu merawat, kemudian dibiarkan terlantar di jalanan," jelasnya.
Oleh karena itu, Nurhadi memberi saran kepada masyarakat yang mempunyai anggota keluarga Demensia Alzheimer, agar lebih perhatian.
Sebab penderita Demensia Alzheimer, cuma butuh perhatian orang-orang di sekitarnya. Perhatian itu, salah satunya bisa ditunjukkan dengan cara mengajaknya berkomunikasi.
"Yang paling utama, ajak penderita Demensia Alzheimer aktifitas religi. Seperti salat dan zikir. Insyaallah mereka akan lebih baik," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang