Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyeksi Jadi Lumbung Padi Nasional, Petani Bangkalan Justru Cemaskan Air

Kompas.com, 11 September 2024, 14:43 WIB
Ghinan Salman,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

BANGKALAN, KOMPAS.com - Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, dipersiapkan untuk menjadi salah satu lumbung padi nasional pada tahun 2025 mendatang.

Untuk mendukung langkah tersebut, Kementerian Pertanian memberikan bantuan berupa 15 alat pertanian dan 125 ton bibit kepada kelompok tani di Bangkalan.

Pj Bupati Bangkalan Arief M. Edie mengatakan, sebanyak 125 ton bibit padi akan ditanam di lahan seluas 5.000 hektar.

Bibit ini akan disalurkan kepada 125 kelompok tani yang tersebar di seluruh Bangkalan.

"Setiap kelompok tani nantinya akan mengatur pembagian bibit secara bertahap, menyesuaikan dengan kedatangan bibit tambahan di masa mendatang," kata Arief saat dikonfirmasi, Rabu (11/9/2024).

Baca juga: Surplus Beras 200 Ton, Bupati Hendy: Kami Akan Dorong Jember Jadi Lumbung Padi Nasional

Arief menjelaskan, pemetaan lahan yang siap untuk ditanami padi sudah mulai dilakukan, dengan target mencapai 21.000 hektar hingga tahun 2025.

Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan produksi padi di Bangkalan, dan memperkuat posisi daerah ini sebagai salah satu penopang ketahanan pangan nasional.

"Dengan dukungan yang terus mengalir, baik dari Pemerintah pusat maupun daerah, petani di Bangkalan optimistis sektor pertanian akan semakin maju, membawa dampak positif bagi perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat," tutur dia.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Sumber Tani Tiga, Desa Mandung, Kecamatan Kokop, Moh Arifin mengaku senang jika Bangkalan diproyeksikan menjadi lumbung padi nasional.

Menurut Arifin, Bangkalan memiliki potensi besar untuk menjadi penopang ketahanan pangan nasional. Pasalnya, luasan lahan pertanian di Bangkalan sangat melimpah dan didukung dengan SDM yang mumpuni.

Kemarau dan krisis air

Pj Bupati Bangkalan Arief M Edie.KOMPAS.com/GHINAN SALMAN Pj Bupati Bangkalan Arief M Edie.
"Namun yang menjadi kendala adalah sumber air yang tidak merata. Lebih-lebih saat musim kemarau seperti ini," kata Arifin.

Ia menjelaskan, setiap musim kemarau tiba, banyak petani justru tidak menanam padi karena keterbatasan sumber air.

Karena itu, ia meminta Pemerintah Kabupaten Bangkalan tidak hanya menyediakan bantuan alat pertanian dan bibit kepada petani. Namun, sumber air untuk pertanian juga disediakan.

Padahal, kata Arifin, musim kemarau adalah waktu yang sangat baik untuk bertani padi. "Pada saat musim kemarau, petani di Bangkalan cenderung tidak mengolah lahan untuk bertani."

"Ini sangat disayangkan mengingat bercocok tanam di musim kemarau itu sangat baik untuk bertani," ujar dia.

Baca juga: 4 Bulan Warga Terdampak Kekeringan, Bupati Bandung: Permintaan Air Bersih Meningkat

Kini, krisis air bersih kembali melanda puluhan desa yang berada di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, selama musim kemarau tahun ini.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bangkalan mencatat, setidaknya sudah ada sebanyak 53 desa di Bangkalan yang mengalami kekeringan.

Puluhan desa tersebut membutuhkan pasokan air bersih dan telah mengajukan bantuan air bersih ke Pemerintah Kabupaten Bangkalan.

Sebanyak 53 desa itu tersebar di sembilan kecamatan di Bangkalan, yakni Kecamatan Tanah Merah, Kwanyar, Blega, Konang, Kokop, Geger, Klampis, Sepulu, dan Arosbaya.

Tokoh masyarakat Desa Dupok, Kecamatan Kokop, Kabupaten Bangkalan, Abdul Hakam, mengakui ada 11 desa di Kecamatan Kokop sudah mulai mengalami kekeringan hingga fase kritis.

Baca juga: Krisis Air Bersih di Sumbawa Meluas, Status Darurat Diperpanjang hingga Oktober

Menurut dia, sumur dan sungai juga sudah kering, sehingga masyarakat harus mengambil air ke desa yang belum mengalami kekeringan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Meskipun ada sungai dan sumur bor, sudah kering. Sekalipun ada hanya cukup untuk air minum. Sementara untuk mandi dan kebutuhan lainnya harus ke desa-desa lain," ujar Hakam.

Ia berharap, bantuan yang diberikan Pemerintah tidak hanya berupa air bersih, melainkan sumber air yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama untuk sektor pertanian.

"Harapannya selain bantuan air bersih, mereka ingin memiliki sumber air sendiri yang bisa mencukupi kebutuhan air bersih dan juga bisa mengairi pertanian."

"Karena mayoritas pencaharian masyarakat Bangkalan, khususnya di Kecamatan Kokop adalah petani," ucap dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau