BANGKALAN, KOMPAS.com - Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, dipersiapkan untuk menjadi salah satu lumbung padi nasional pada tahun 2025 mendatang.
Untuk mendukung langkah tersebut, Kementerian Pertanian memberikan bantuan berupa 15 alat pertanian dan 125 ton bibit kepada kelompok tani di Bangkalan.
Pj Bupati Bangkalan Arief M. Edie mengatakan, sebanyak 125 ton bibit padi akan ditanam di lahan seluas 5.000 hektar.
Bibit ini akan disalurkan kepada 125 kelompok tani yang tersebar di seluruh Bangkalan.
"Setiap kelompok tani nantinya akan mengatur pembagian bibit secara bertahap, menyesuaikan dengan kedatangan bibit tambahan di masa mendatang," kata Arief saat dikonfirmasi, Rabu (11/9/2024).
Baca juga: Surplus Beras 200 Ton, Bupati Hendy: Kami Akan Dorong Jember Jadi Lumbung Padi Nasional
Arief menjelaskan, pemetaan lahan yang siap untuk ditanami padi sudah mulai dilakukan, dengan target mencapai 21.000 hektar hingga tahun 2025.
Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan produksi padi di Bangkalan, dan memperkuat posisi daerah ini sebagai salah satu penopang ketahanan pangan nasional.
"Dengan dukungan yang terus mengalir, baik dari Pemerintah pusat maupun daerah, petani di Bangkalan optimistis sektor pertanian akan semakin maju, membawa dampak positif bagi perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat," tutur dia.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Sumber Tani Tiga, Desa Mandung, Kecamatan Kokop, Moh Arifin mengaku senang jika Bangkalan diproyeksikan menjadi lumbung padi nasional.
Menurut Arifin, Bangkalan memiliki potensi besar untuk menjadi penopang ketahanan pangan nasional. Pasalnya, luasan lahan pertanian di Bangkalan sangat melimpah dan didukung dengan SDM yang mumpuni.
Pj Bupati Bangkalan Arief M Edie.Ia menjelaskan, setiap musim kemarau tiba, banyak petani justru tidak menanam padi karena keterbatasan sumber air.
Karena itu, ia meminta Pemerintah Kabupaten Bangkalan tidak hanya menyediakan bantuan alat pertanian dan bibit kepada petani. Namun, sumber air untuk pertanian juga disediakan.
Padahal, kata Arifin, musim kemarau adalah waktu yang sangat baik untuk bertani padi. "Pada saat musim kemarau, petani di Bangkalan cenderung tidak mengolah lahan untuk bertani."
"Ini sangat disayangkan mengingat bercocok tanam di musim kemarau itu sangat baik untuk bertani," ujar dia.
Baca juga: 4 Bulan Warga Terdampak Kekeringan, Bupati Bandung: Permintaan Air Bersih Meningkat
Kini, krisis air bersih kembali melanda puluhan desa yang berada di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, selama musim kemarau tahun ini.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bangkalan mencatat, setidaknya sudah ada sebanyak 53 desa di Bangkalan yang mengalami kekeringan.
Puluhan desa tersebut membutuhkan pasokan air bersih dan telah mengajukan bantuan air bersih ke Pemerintah Kabupaten Bangkalan.
Sebanyak 53 desa itu tersebar di sembilan kecamatan di Bangkalan, yakni Kecamatan Tanah Merah, Kwanyar, Blega, Konang, Kokop, Geger, Klampis, Sepulu, dan Arosbaya.
Tokoh masyarakat Desa Dupok, Kecamatan Kokop, Kabupaten Bangkalan, Abdul Hakam, mengakui ada 11 desa di Kecamatan Kokop sudah mulai mengalami kekeringan hingga fase kritis.
Baca juga: Krisis Air Bersih di Sumbawa Meluas, Status Darurat Diperpanjang hingga Oktober
Menurut dia, sumur dan sungai juga sudah kering, sehingga masyarakat harus mengambil air ke desa yang belum mengalami kekeringan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Meskipun ada sungai dan sumur bor, sudah kering. Sekalipun ada hanya cukup untuk air minum. Sementara untuk mandi dan kebutuhan lainnya harus ke desa-desa lain," ujar Hakam.
Ia berharap, bantuan yang diberikan Pemerintah tidak hanya berupa air bersih, melainkan sumber air yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama untuk sektor pertanian.
"Harapannya selain bantuan air bersih, mereka ingin memiliki sumber air sendiri yang bisa mencukupi kebutuhan air bersih dan juga bisa mengairi pertanian."
"Karena mayoritas pencaharian masyarakat Bangkalan, khususnya di Kecamatan Kokop adalah petani," ucap dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang