Sebenarnya, setelah bencana erupsi pada 4 Desember 2021 lalu, warga yang berada di zona merah atau kawasan rawan bencana (KRB) III sudah direlokasi ke tempat yang lebih aman.
Tepatnya di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro. Di sana, warga dibuatkan rumah oleh Pemerintah, sudah terisi lengkap dengan perabotan dan siap ditinggali.
Meski letaknya tetap berada di lereng, namun lokasinya tidak langsung menghadap bibir kawah yang rawan mengalami guguran material.
Namun, di tempat baru, warga dibuat pusing dengan tidak adanya sumber ekonomi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Baca juga: Gunung Semeru Alami Erupsi 153 Detik, Kolom Abu Setinggi 500 Meter
Akhirnya, warga banyak yang memilih kembali ke tempat lama. Ada yang kembali menempati rumahnya yang rusak, ada juga yang hanya bekerja dan kembali ke tempat relokasi.
Aktivitasnya beragam. Ada yang bertani, berkebun, beternak, hingga bekerja di tambang pasir.
Khusus tambang pasir, meski tempatnya masih berada dalam radius yang dilarang beraktivitas oleh PVMBG, namun, para penambang memiliki alasan lain selain ekonomi yakni keselamatan warga sekitar lereng.
Aktivitas pertambangan, kata Imam, menjadi salah satu langkah mengantisipasi terjadinya penumpukan pasir yang turun dari gunung.
Sebab, apabila tidak dilakukan penambangan, pasir-pasir akan menumpuk di aliran sungai yang di jalur lahar.
Akibatnya, saat hujan deras turun sambil membawa material dari puncak gunung, badan sungai tidak mampu menampung dan akhirnya meluber tidak terkendali ke permukiman warga.
"Tapi kita pasti diberi tahu terlebih dahulu sama pos pantau, kalau memang ada peningkatan aktivitas pasti langsung dikabari dan kami juga paham dan mau berhenti," terang Imam.
Baca juga: 7 Keunikan Gunung Semeru, Salah Satunya Ada di Tanjakan Cinta
"Para penambang di sini juga sudah diedukasi dengan baik jadi begitu ada erupsi kita tahu harus lari kemana," ungkap dia.
Sementara, Kepala BPBD Lumajang Patria Dwi Hastiadi mengimbau warga yang beraktivitas di lereng Gunung Semeru untuk tetap waspada.
Warga diminta tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, warga juga diminta tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
Selain itu, kata Patria, dalam radius lima kilometer dari kawah Gunung Api Semeru agar tidak dilakukan aktivitas karena rawan terhadap bahaya lontaran batu.
"Kami imbau warga untuk tetap waspada dan perhatikan rekomendasi dari PVMBG, apalagi erupsi yang terjadi terkadang tidak bisa dilihat secara visual seperti pagi tadi," sebut dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang