PONOROGO, KOMPAS.com - Krisis air bersih mulai melanda Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Warga yang kesulitan akses air bersih harus rela berjalan kaki satu kilometer untuk mandi di sungai.
Kondisi itu terjadi di Desa Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo.
Kepala Desa Wates, Suyadi menjelaskan terdapat tiga dukuh di Desa Wates yang warganya mengalami krisis air bersih. Ketiga dukuh itu adalah Krajan Tengah, Bedog dan Joso.
Baca juga: Curhat Warga Semarang, Mandi Satu Kali Sehari karena Kekeringan
Dia mengatakan, kekeringan memang sudah menjadi masalah tahunan yang selalu berulang.
“Kondisi itu terjadi biasanya di pertengahan tahun sampai awal tahun berikutnya,” kata Suyadi, Kamis (15/8/2024).
Suyadi menuturkan sumber air yang ada di tiga dukuh tak cukup memenuhi kebutuhan warga. Terlebih hingga saat ini hujan belum kunjung turun di desanya.
Ia menyatakan banyak warga yang memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan mandi. Ia berharap pemerintah tidak hanya membantu pemberian air bersih.
"Kami mengharapkan ada penyelesaian yang tuntas agar krisis air bersih tak lagi terjadi di desa kami," jelas Suyadi.
Sementara itu Daikun, warga Dukuh Krajan Tengah, Desa Wates, menyatakan dirimya memanfaatkan sumur dalam untuk kebutuhan air minum. Hanya saja, sumur itu baru bisa ditimba airnya lima hari sekali dalam dua bulan terakhir.
"Kami ambilnya setiap lima hari sekali. Karena saat ini airnya keruh setelah debit airnya turun," ungkap Daikun.
Menurut Daikun, di dukuhnya hanya ada dua sumur dalam. Namun sumber air yang muncul di dua sumur tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sembilan keluarga.
"Air dari sumur ini hanya cukup untuk makan dan minum. Sedangkan untuk mandi dan mencuci pakaian kami harus ke sungai yang jaraknya sekitar satu kilometer dari rumah," demikian Daikun.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang