SURABAYA, KOMPAS.com - Prof. Budi Santoso, yakni Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) yang dicopot usai menyatakan penolakan dokter asing, mengirimkan surat keberatan ke Rektor Unair, M. Nasih.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, Budi tampak datang bersama Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya ke Gedung Rektorat Kampus C Unair, Senin (8/7/2024), sekitar pukul 15.20 WIB.
Baca juga: Perwakilan FK Unair Temui Rektor untuk Bahas Pencopotan Dekan
Namun, rombongan tersebut hanya beberapa menit berada di dalam dan langsung keluar dari Gedung Rektorat. Kemudian, mereka berpindah ke Gedung FK Unair yang berada di Kampus A, pukul 15.40 WIB.
Budi mengatakan, kedatangannya ke ruangan rektor itu untuk mengirimkan surat berisi keberatan dan pertanyaan terkait penyebab dirinya dicopot dari jabatan Dekan FK Unair.
"Ada satu hal yang perlu kami sampaikan, kami datang ke Kampus C tadi, ke kantor rektor, dengan niatan baik kami," kata Budi, kepada media di Kampus A Unair, Senin (8/7/2024).
Baca juga: Mantan Rektor Unair Sebut Indonesia Bukan Kekurangan Dokter Spesialis tapi Salah Pendistribusian
"Kami mengantarkan surat, isinya klarifikasi dan mempertanyakan, alasan dan prosedur apa yang diberlakukan. Sehingga begitu singkatnya saya mendapatkan SK (pencopotan jabatan)," tambahnya.
Budi mengaku hingga saat ini dia belum mendapatkan jawaban atas alasan pencopotanya itu.
"Niatan kami memang hanya untuk menyerahkan surat, di mana mempertanyakan kenapa sih saya kok diberhentikan. Karena di surat keputusan tersebut tidak ada hal tersebut, ya itu," jelasnya.
Baca juga: Rektor Unair Tutup Mulut soal Dekan FK Dipecat karena Tolak Dokter Asing
Budi berharap, agar Rektor Unair segera memberikan tanggapanya. Sebab, kabar pemberhentianya sudah menyebar dan menimbulkan pertanyaan publik.
"Jadi (surat keberatan) dengan harapan dan niat kami untuk mendapat kejelasan ini. Kita harapkan bahwa hal yang bersifat informasi yang ada di publik tidak menimbulkan spekulasi," ujarnya.
Selain itu, kata Budi, surat keberatan tersebut juga diharapkan bisa membuka ruang dialog antara dia dan pihak rektorat sehingga menemukan jalan keluar.
"Kami berharap nanti akan timbul dialog yang baik antara kami dengan pimpinan universitas, untuk menghasilkan solusi yang baik demi rumah besar kita Universitas Airlangga," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, pencopotan Budi sebagai Dekan FK Unair, awalnya tersebar melalui pesan di grup WhatsApp, yang berisi mengenai informasi pemberhentian dan permintaan maaf.
Budi membenarkan bahwa pesan yang beredar itu dikirimkan olehnya. Sebab, dia telah menerima surat keputusan (SK) pencopotan sebagai Dekan FK Unair.
Budi mengungkapkan, pihak rektorat telah memberikan informasi pencopotannya, sejak pukul 10.00 WIB. Akan tetapi, dia baru menerima SK terkait hal tersebut, sekitar pukul 15.00 WIB.
"Iya, (pesan) itu kan grupnya dekan ya, ada grupnya dosen-dosen. Saya pamitan karena SK-nya saya terima tadi, sekitar pukul 15.00 WIB," kata Budi, saat dihubungi melalui telepon, Rabu (3/7/2024).
Budi juga mengaku sempat dipanggil oleh Rektor Unair, Prof. Nasih pada Senin (1/7/2024) kemarin. Dia diminta untuk menjelaskan mengenai pernyataanya yang menolak adanya dokter asing.
"Prosesnya (pencopotan), saya Senin dipanggil terkait dengan statement tidak setuju dengan dokter asing. Terus akhirnya hari Rabu keluar SK-nya," jelasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang