Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OTK Teror Timses Cak Thoriq, Diberi Pesan Ancaman hingga Rumahnya Ditembak

Kompas.com, 11 Juni 2024, 15:19 WIB
Miftahul Huda,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rumah milik Prayogi, warga Desa Krasak, Kecamatan Kedungjajang, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, ditembak orang tidak dikenal (OTK).

Prayogi merupakan koordinator kecamatan tim sukses bakal calon bupati (Bacabup) Lumajang dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Thoriqul Haq.

Proyogi menceritakan, teror berupa penembakan rumahnya oleh OTK terjadi pada Senin (10/6/2024) dini hari.

Saat itu, ia dan keluarga yang sedang tidur terkejut mendengar suara seperti tembakan. Saat dilihat, kaca rumah Prayogi sudah berlubang. Pecahan kacanya pun berserakan.

Baca juga: Alasan Nimas Korban Teror 10 Tahun di Surabaya Mau Kisahnya Dibuat Film

"Kejadiannya Senin dini hari. Orang-orang sedang istirahat. Tiba-tiba terdengar suara keras membentur kaca. Saat dicek, kaca rumah pecah dan sudah banyak serpihan," cerita Prayogi di rumahnya, Selasa (11/6/2024).

Prayogi mengatakan, sebelum ditembak, rumahnya sempat digunakan untuk konsolidasi relawan Cak Thoriq, sapaan akrab Thoriqul Haq pada Sabtu (8/6/2024) malam.

Ia mengaku, teror yang diterimanya bukan pertama kali ini. Sebelum rumahnya digunakan kegiatan oleh Cak Thoriq, ia sempat mendapatkan pesan Whatsapp bernada ancaman.

"Sebelumnya sempat ada Whatsapp bicaranya itu gini heh ngadakan kumpulannya Cak Thoriq iku gak bahaya ta?" jelas Prayogi.

Usai mendapat teror semacam itu, Prayogi mengaku khawatir dengan keselamatan dirinya dan keluarga.

Sementara itu Kapolsek Kedungjajang AKP Marianto membenarkan adanya peristiwa penembakan rumah Prayogi.

Baca juga: Sederet Fakta Teror Penembakan 3 Pria di Surabaya, Terobsesi Game Online Berujung Penjara

Menurutnya, diduga kuat senjata yang digunakan pelaku merupakan senapan angin.

Namun, polisi yang melakukan olah tempat kejadian perkara sampai saat ini belum menemukan peluru atau proyektil dikarenakan banyak pecahan kaca di lokasi kejadian.

"Sementara kami lakukan penyelidikan, cari info dari masyarakat. Mungkin senjata angin karena keterangannya suaranya hanya cus gitu saja. Sementara tidak ada proyektil yang ditemukan," kata Marianto.

Terpisah, mantan bupati sekaligus bacabup Lumajang Thoriqul Haq menyayangkan adanya tindakan teror tersebut.

Ia juga telah melaporkan peristiwa tersebut ke kepolisian untuk ditindaklanjuti.

Thoriq berharap, dalam momentum jelang pilkada, masyarakat tidak menggunakan cara kekerasan dalam kampanye politik.

Baca juga: Pengakuan Pria 10 Tahun Teror Teman SMP di Surabaya, Menyesal dan Minta Maaf

"Saya ingin mengajak untuk hal-hal yang  mengandung kekerasan, intimidasi dan premanisme agar tidak lagi digunakan."

"Kami ingin berkampanye dengan baik secara sejuk dan nyaman. Lewat adu gagasan dan pikiran visi visi," jelas Thoriq.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau