Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulang dari Taiwan, Seorang Ayah di Tulungagung Bunuh Anak Balitanya

Kompas.com, 13 Mei 2024, 09:46 WIB
Slamet Widodo,
Farid Assifa

Tim Redaksi

TULUNGAGUNG, KOMPAS.com - Seorang anak berusia tiga tahun di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, tewas dibunuh oleh ayah kandungnya. Diduga, pelaku mengalami depresi setelah pulang dari Taiwan, Senin (13/05/2024).

Korban pembunuhan tersebut adalah seorang balita laki-laki berinisial MA (3).Sedangkan pelaku adalah ayah kandungnya berinisial RA (29).

"Terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung terhadap buah hatinya," terang kapolsek Rejotangan AKP Kasianto di kokasi kejadian, Senin (13/05/2024).

Baca juga: Kerap Dianiaya, Kakek di NTT Bunuh Seorang Pemuda

Peristiwa pembunuhan tersebut terjadi rumahnya, di Desa Blimbing, Kecamatan Rejotangan, Tulungagung, Minggu (12/05/2024) malam.

Kapolsek Rejotangan AKP Kasianto menjelaskan, kejadian pembunuhan bermula ketika pelaku yang tidak lain ayah kandung korban mengasuh dengan cara menggendong korban di dalam rumah.

"Seperti biasa, pelaku mengasuh korban di dalan rumah. Kakek dan ibu kandung korban berada di luar rumah," terang Kasianto.

Pihak keluarga lain tidak curiga atau khawatir karena sebelumnya tidak ada perilaku aneh terhadap pelaku.

"Ketika pulang dari Taiwan, sikap pelaku tidak ada keanehan dan biasa-biasa saja," ujar Kasianto.

Pada saat pelaku mengasuh korban itulah peristiwa pembunah terjadi. Pelaku menghabisi nyawa anak semata wayangnya dengan cara dicekik dan dibekap dengan bantal di kursi panjang (sofa) rumahnya.

"Pelaku mencekik dan menindih anaknya di atas sofa, dan pelaku sempat membekap korban dengan bantal," terang Kasianto.

Aksi pelaku akhirnya diketahui oleh ibu kandung korban ketika pelaku meminta mengambilkan pisau. 

"Aksi pelaku diketahui ibu kandung korban. Sebab, pelaku minta tolong ke istrinya agar diambilkan pisau," ujar Kasianto.

Mengetahui anaknya menjadi korban kekerasan, ibu dibantu kakek korban berusaha menyelamatkan bocah itu dan dibawa ke puskesmas setempat. Namun nahas, ketika sampai di Puskesmas Rejotangan, korban dinyatakan telah meninggal dunia.

Atas kejadian tersebut, tim Inafis Satreskrim Polres Tulungagung Jawa Timur melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di rumah korban.

Dari keterangan saksi yang dihimpun polisi, pelaku diduga mengalami depresi dan baru dipulangkan dari Taiwan dua pekan lalu.

"Ketika merantau di Taiwan, pelaku mengalami depresi dan dipulangkan ke Indonesia," terang Kasianto.

Baca juga: Pernah Bunuh Pencuri Kambing dan Dipenjara, Muhyani Kembali Kecurian

Dari lokasi kejadian, polisi membawa sejumlah barang bukti salah satunya kursi panjang tempat korban dibunuh.

Selanjutnya, korban dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Iskak Tulungagung guna proses penyelidikan. 

"Untuk pelaku sementara diamankan di Polsek Rejotangan guna proses hukum lebih lanjut," terang Kasianto.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau