Yang dia tahu, terkadang ia diminta mengambil bantuan di warung berupa beras sambil memberikan kartu ATM BNI.
Baca juga: Penderita Hidrosepalus Aceh Tenggara Terima Donasi Pembaca Kompas.com
Selain beras, Jumadi mengaku hanya sekali menerima bantuan uang tunai sebesar Rp 1.500.000.
"Gak tahu pokoknya suruh ambil beras, kadang punya saya belum habis suruh ambil lagi, uang tunai sekali Rp 1,5 juta, itu sudah lama," ungkapnya.
Sebelum kondisinya seperti ini, dulu Jumadi merupakan petani sekaligus perajin air nira yang dijadikan gula aren.
Pekerjaan itu dikenal masyarakat dengan sebutan nderes. Sayang, uangnya habis untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.
Beruntung ada orang berbaik hati bernama Jumali yang memperbolehkan Jumadi tinggal di gubuk kecil yang ditinggalinya saat ini.
"Dulu ya kerjanya nderes, sekarang sudah enggak (kerja). Ini tanahnya Pak Jumali (Alm), dia perbolehkan saya tinggal di sini sampai kapan saja saya mau," terangnya.
Rehan ingin jadi tentara
Di tengah keterbatasan ekonomi yang dirasakan bersama sang ayah, Rehan kecil punya cita-cita tinggi untuk hidup lebih layak dari hari ini.
Saat besar kelak, Rehan ingin mengabdi kepada negara menjadi seorang tentara.
"Mau jadi tentara, bawa tembak," ucap Rehan polos.
Rehan kini bersekolah di Taman Kanak-kanak (TK) yang tidak jauh dari tempatnya tinggal. Biayanya, digratiskan oleh pihak sekolah.
"Sekolah gratis, setiap hari dijemput dan diantar pulang sama gurunya," jelas Jumadi.
Jumadi berharap, masa depan Rehan jauh lebih baik dibanding kondisinya saat ini.
"Kalau sekarang yang penting bisa makan, kalau Rehan pinginnya bisa sekolah terus biar sukses," pungkasnya.
Untuk meringankan beban Kakek Jumadi dan Rehan, mari donasikan sedikit rejeki kita dengan cara klik di sini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.