Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Trinil di Ngawi: Sejarah, Koleksi, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kompas.com, 6 Februari 2024, 17:34 WIB
Dini Daniswari

Editor

KOMPAS.com - Museum Trinil terletak di Dusun Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar,Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Keberadaan Museum Trinil merupakan museum manusia purba yang penting di Pulau Jawa,

Museum Trinil

Sejarah Museum Trinil

Museum Trinil menjadi perbincangan para paleontolog karena memiliki temuan adanya evolusi manusia purba.

Keberadaan Museum Trinil bermula dari Situs Trinil, tempat ditemukannya manusia purba di Pulau Jawa.

Fosil manusian purba ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 dan 1892.

Sebelumnya pada tanggal 29 Oktober 1877, Dubois bertolak ke Sumatera dengan menumpang kapal The SS Prince Amalia.

Baca juga: Museum Trinil: Sejarah dan Koleksinya

Selama dua tahun, ia mengeksplorasi gua-gua di Sumatera. Namun, tulang-tulang yang ditemukan di tempat tersebut tidak sesuai dengan keinginannya.

Pencariannya berpindah ke Jawa setelah ia mendengar temuan Manusia Wajak di Tulungagung oleh BD van Rietschoten pada 24 Oktober 1899.

Di Pulau Jawa Eugene Dubois tertarik dengan endapan Sungai Bengawan Solo yang dianggap mempunya kronologi kehidupan selama jutaan tahun.

Pada tahun 1891, Dubois menemukan atap tenggorak dan gigi manusia yang menyerupai kera di daerah Trinil, Ngawi, Jawa Timur.

Pada tahun 1892, Dubois kembali menemukan tulang paha dari individu yang sama.

Eugene Dubois menyebut temuan tersebut sebagai Pithecanthropus erectus atau manusia kera yang berjalan tegak.

Selama ekskavasi di daerah Trinil, ada seorang pribumi yang mengikuti kegiatan ekskavasi Eugene Dubois, yang bernama Wirodiharjo.

Fosil kaki gajah bagian depan yang ditemukan oleh Slamet (50) warga Desa Tempuran yang sedang mencari pasir. Fosil tersebut saat ini disimpan di rumah kepala dusun, menungu peneliti dari Museum Sangiran.KOMPAS.com/CATUR Fosil kaki gajah bagian depan yang ditemukan oleh Slamet (50) warga Desa Tempuran yang sedang mencari pasir. Fosil tersebut saat ini disimpan di rumah kepala dusun, menungu peneliti dari Museum Sangiran.

Sejak tahun 1967, Wirodiharjo memiliki gagasan untuk mengumpulkan dan melestarikan fosil yang dijumpainay di tepi Sungai Bengawan Solo.

Fosil kemudian disimpan di rumahnya hingga mencapai 1/3 dari rumahnya.

Dari hobinya tersebut, Wirodiharjo dikenal dengan sebutan Wirobalung, karena aktivitasnya mengumpulkan balung buto atau fosil manusia purba.

Pada tahun 1980/1981, Pemerintah Daerah Ngawi mendirikan museum mini untuk menampung koleksi fosil Wirodiharjo.

Museum Trinil dibuat untuk mengingatkan Pithecanthropus erectus sebagai hasil temuan Eugene Ddubois dan tugu sebagai monumen.

Baca juga: Museum Trinil Ngawi Teliti Fosil Kaki Gajah Purba yang Ditemukan Warga

Pada tanggal 20 November 1991, Museum Trinil diresmikan bersamaan dengan 100 tahun penemuan Pithecanthropus erectus.

Museum Trinil menempati bekas rumah Wirodiharjo yang telah diganti dan berlokasi di tepian Sungai Bengawan Solo.

Koleksi Museum Trinil

Museum Trinil memiliki beragam koleksi fosil, seperti manusia purba, hewan purba, dan peralatan yang digunakan manusia purba pada masa lalu.

Koleksi yang paling terkenal adalah gading gajah purba yang sangat besar jika dibandingkan ukuran gading gajah saat ini.

Patung gajah di halaman Museum Trinil.Pemkab Ngawi Patung gajah di halaman Museum Trinil.

Ada juga koleksi fosil banteng purba, cangkang kerang raksasa, daan lainnya.

Museum Trinil dilengkapi dengan diorama fosil purbakala untuk memberikan diskripsi dan identitasnya.

Harga Tiket Masuk Museum Trinil

Bagi pengunjung yang ingin menikmati peninggalan sejarah di Museum Trinil akan dikenakan tiket masuk sebesar Rp 1.000 untuk anak-anak dan pelajar serta Rp 3.000 untuk dewasa.

Jam Buka Museum Trinil

Museum Trinil buka mulai pukul 08.00 - 15.00 WIB dari hari Selasa hingga Minggu. Pada hari Senin, museum tutup.

Untuk hari Jumat, ada jam istirahat pada pukul 11.00 - 13.00 WIB.

Rute Museum Trinil

Jarak tempuh Museum Trinil dari pusat Ngawi sekitar 12,9 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 22 menit.

Perjalanan akan melalui Jalan Maospati-Solo dan Jalan Raya Solo.

Penulis: Widya Lestari Ningsih

Sumber:

lampung.antaranews.com

museum.kemdikbud.go.id

www.kompas.com

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau