"Belum lagi medan yang curam, jadi secara manual sangat kesulitan."
Sukaryo bertugas memadamkan kobaran api di savana dekat dengan lautan pasir Gunung Bromo. Dia turun ke lokasi pada hari kedua, Kamis (7/9/2023).
Baca juga: Bromo Dipadati Wisatawan, Pintu Masuk dari 4 Daerah Macet
Waktu itu, api setinggi orang dengan sangat cepat membakar hamparan savana yang sebagian besar rumput kering.
Pria 45 tahun ini bercerita, upaya mereka memadamkan api rupanya kalah dengan angin.
"Kalau api kena angin, ya apinya makin besar dan tinggi."
Setiap hari Sukaryo dan seratusan orang dikerahkan untuk membantu upaya pemadaman. Berbagai peralatan disiapkan.
Mulai dari jet shooter atau pompa punggung pemadam kebakaran lahan berkapasitas 20 liter.
Tandon air yang dibawa dengan mobil pikap hingga menggunakan cara manual yaitu gebyok --memukul api dengan ranting atau dahan kering.
Baca juga: Pipa Air Bersih yang Rusak akibat Kebakaran Gunung Bromo Rampung Diperbaiki
Sayangnya, kata Sukaryo, usaha mereka belum sepenuhnya berhasil menyurutkan bahkan memadamkan api.
"Savana di dekat lautan pasir masih terbakar."
Menghadapi api yang terus membara, membuat Sukaryo harus ekstra hati-hati.
Kalau terlalu dekat, dia bisa tersambar apalagi kalau angin berbalik arah. Belum lagi terkena asap.
"Kalau kena [asap], mau padamkan api jadi enggak maksimal. Bisa lemas kan kena asap."
Sementara alat pelindung diri yang dikenakan tak sepenuhnya kuat menahan panasnya bara api. Sepatu gunung yang ia pakai, katanya, sampai meleleh.
Baca juga: Tak Ada Tambahan Kuota Pengunjung Bromo untuk Libur Akhir Tahun, Ini Sebabnya
Beberapa relawan malah ada yang sampai mengalami luka gores karena menyusuri hutan dan pepohonan.
Para relawan, kata dia, mulai beraksi dari pukul 08.00 pagi sampai tengah malam bahkan ada yang sampai subuh. Mereka yang bertugas sepanjang hari itu, baru bisa beristirahat esok harinya.
"Makanya habis malam pulang, istirahatnya seharian. Jadi digilir, sehari di lapangan sehari istirahat."
Sukaryo mengatakan kebakaran besar di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru kali ini memang berasal dari ulah sekelompok orang yang menyalakan flare atau suar demi kepentingan foto prewedding.
Dua insiden kebakaran yang terjadi sebelumnya berhasil dikendalikan dalam waktu seminggu.
Pada Rabu (06/09) itu, kobaran api mulanya ada di belakang gapura bukit Teletubbies.
Video yang beredar di media sosial memperlihatkan beberapa kru foto dan pasangan calon pengantin diam saja melihat kobaran api.
Dari keterangan Kasat Reskrim Polres Probolinggi, AKBP Achmad Doni Meidianto, pasangan itu berusaha memadamkan api dengan beberapa air mineral botolan.
Baca juga: Aktivitas Vulkanik Gunung Bromo Meningkat, Wisatawan Diimbau Tak Mendekat ke Kawah
Tapi percuma karena api keburu cepat membesar. Selain itu mereka juga tidak langsung melapor ke tim nasional.