Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Universitas Brawijaya Siapkan Program Studi Pengembangan Teknologi Pengelolaan Pertambangan

Kompas.com - 06/01/2024, 08:59 WIB
Nugraha Perdana,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Universitas Brawijaya (UB) akan menyiapkan program studi baru berkaitan dengan pengembangan teknologi pengelolaan Critical Raw Material (CRM) atau bahan baku kritis. Hal ini untuk mendukung pengelolaan maksimal terhadap sumberdaya alam pertambangan di Indonesia.

Rektor UB, Prof Widodo mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas menuju Indonesia Emas 2045. Menurutnya, kualitas pertambangan di Indonesia perlu diimbangi dengan SDM yang baik pula.

"Untuk itu Universitas Brawijaya akan merespons dengan membuat program studi ya material science, yang diperlukan, karena tambang kita banyak, tapi tidak bisa mengolah, bisa nambang tapi enggak bisa mengolah," kata Prof Widodo usai menghadiri rapat terbuka senat dalam rangka Dies Natalis ke-61 di Gedung Samantha Krida, UB, Kota Malang, pada Jumat (5/1/2024).

Baca juga: Pengamat UB Sebut Debat Ketiga Bisa Pengaruhi Suara Swing Voters dan Undecided Voters

Dia berpandangan bahwa sumberdaya pertambangan Indonesia telah lama dikuasai pihak asing. Namun, adanya regulasi smelter atau tempat pengelolaan hasil pertambangan di Indonesia oleh pemerintah membuka peluang bagi SDM lokal untuk mampu bersaing.

"Kekayaan alam kita banyak, tapi semua yang mengeksplorasi perusahaan asing, perusahaan asing mengekspor, Indonesia membikin regulasi dengan smelter, harus punya smelter, yang mengerjakan smelter juga kan orang asing, itulah kewajiban kita untuk menyiapkan SDM sehingga paling tidak kualitas SDM smelternya, dan kebutuhan SDM kita sangat tinggi sekali dan kita harus memasoknya," jelasnya.

Baca juga: Polisi Sebut Mantan Mahasiswi yang Jatuh dari Lantai 12 Gedung Filkom UB Bunuh Diri

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyampaikan, Indonesia membutuhkan teknologi yang memadai untuk mengelola sumberdaya pertambangan.

"Indonesia itu punya critical raw material, misalnya kita punya nikel, tembaga dan seterusnya, tetapi bersamaan dengan itu kita tidak punya teknologinya," katanya.

Selama ini, teknologi pengelolaan sumberdaya pertambangan berasal dari luar negeri. Sedangkan Indonesia hanya memasok tenaga kerja saja.

"Kapasitas untuk mengelola agar lebih baik, jadi akhirnya kalau kita melakukan hilirisasi itu ya pakai teknologi luar, mereka yang untung dan seterusnya, dan kita hanya mengirimkan tenaga kerja kita, hanya lapangan kerja," katanya.

Dia berharap, ke depan UB mampu menghasilkan riset pengembangan teknologi tentang pengelolaan sumberdaya pertambangan.

"Ke depan, kita berharap, termasuk Universitas Brawijaya itu masuk ke research-research terapan yang basisnya adalah sumberdaya yang kita miliki," katanya.

Namun, untuk melakukan riset perlu modal yang cukup, sehingga bantuan pembiayaan yang maksimal dari negara diperlukan.

"Tadi saya diberitahu bahwa jumlah dananya sangat terbatas, kalau Rp 100 juta satu tahun seorang profesor dia bisa research apa, enggak bisa apa-apa, belum lagi banyak hal yang mesti disiapkan oleh profesor, laporannya tebal-tebal, kertas-kertas pertanggungjawabannya banyak sekali," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sidang Anggota Polisi yang Digerebek Anggota TNI Saat Check-in di Kamar Hotel

Sidang Anggota Polisi yang Digerebek Anggota TNI Saat Check-in di Kamar Hotel

Surabaya
Artis Jessica Iskandar Program Bayi Tabung di Surabaya

Artis Jessica Iskandar Program Bayi Tabung di Surabaya

Surabaya
Kelabuhi Warga, Pemilik 'Home Industry' Pil Ekstasi di Surabaya Mengaku Memproduksi Kopi

Kelabuhi Warga, Pemilik "Home Industry" Pil Ekstasi di Surabaya Mengaku Memproduksi Kopi

Surabaya
Rumah Korban Pesawat Latih Jatuh di BSD Tangerang yang Ada di Sidoarjo Sepi

Rumah Korban Pesawat Latih Jatuh di BSD Tangerang yang Ada di Sidoarjo Sepi

Surabaya
2 Pelajar Tewas dalam Kecelakaan Motor di Jember

2 Pelajar Tewas dalam Kecelakaan Motor di Jember

Surabaya
9 Orang Berebut Tiket Bakal Calon Wakil Bupati dari PDI-P di Pilkada Sumenep, Ada Istri Mantan Bupati dan Jurnalis

9 Orang Berebut Tiket Bakal Calon Wakil Bupati dari PDI-P di Pilkada Sumenep, Ada Istri Mantan Bupati dan Jurnalis

Surabaya
Promosikan Judi Online, Selebgram Tulungagung Ditangkap Polisi

Promosikan Judi Online, Selebgram Tulungagung Ditangkap Polisi

Surabaya
Sejoli di Lamongan Ditangkap Polisi karena Edarkan Narkoba Jenis Sabu

Sejoli di Lamongan Ditangkap Polisi karena Edarkan Narkoba Jenis Sabu

Surabaya
'Home Industry' Pil Ekstasi di Surabaya Digerebek, 6,7 Juta Pil Dobel L dan Carnophen Disita

"Home Industry" Pil Ekstasi di Surabaya Digerebek, 6,7 Juta Pil Dobel L dan Carnophen Disita

Surabaya
Pilkada Lumajang, Indah Amperawati Daftar Bacabup ke Partai Demokrat

Pilkada Lumajang, Indah Amperawati Daftar Bacabup ke Partai Demokrat

Surabaya
Remaja di Gresik Ditangkap Polisi karena Cabuli Pacar

Remaja di Gresik Ditangkap Polisi karena Cabuli Pacar

Surabaya
Pengakuan Keluarga Sugiati soal Pembongkaran Rumah oleh Anaknya

Pengakuan Keluarga Sugiati soal Pembongkaran Rumah oleh Anaknya

Surabaya
Cucu Pendiri NU Lathifah Shohib Daftar Bacalon Bupati Malang ke PKB

Cucu Pendiri NU Lathifah Shohib Daftar Bacalon Bupati Malang ke PKB

Surabaya
34 Anak di Sumenep Terpapar TBC, Pemkab Lakukan Skrining Besar-besaran

34 Anak di Sumenep Terpapar TBC, Pemkab Lakukan Skrining Besar-besaran

Surabaya
Tangki Diduga Bocor, Mobil di Magetan Terbakar Saat Isi BBM

Tangki Diduga Bocor, Mobil di Magetan Terbakar Saat Isi BBM

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com