Ada kait berupa gelang kecil dari kuningan untuk mengaitkan bagian bawah dengan bagian atas ujungnya yang terbuat dari daun siwalan.
Pada bagian pangkal ditambah dengan sayap dari tempurung yang bentuknya menyerupai kumis sehingga menambah kejantanan dan kegagahan penggunanya.
Saronen biasanya digunakan sebagai pembuka komposisi dengan permainan solo.
Suaranya sedikit sengau, keras, meloncat-loncat, melengking-lengking, dan meliuk-liuk dengan irama menghentak.
Setelah itu, permainan diikuti dengan alat musik lainnya. Perpaduan alat musik tersebut menghasilkan irama yang selaras.
Saronen dapat dimainkan sesuai dengan jenis irama yang diinginkannya.
Mekipun, alat musik tersebut dominan memiliki irama mars atau dalam bahasa Madura irama sarka', yaitu irama teratur dan kuat.
Baca juga: Sapi Sonok, Si Cantik dari Madura
Namun, saronen juga dapat menghasilkan irama lorongan atau irama sedang.
Ada dua jenis irama tersebut, yaitu irama sedang "lorongan jhalan" dan irama slow (lembut) "lorongan toju"
Pada saat mengiringi karapan sapi, saronen dimainkan dengan irama sarka' untuk memberikan dorongan semangat, baik kepada sapi, pemilik, maupun pengiringnya.
Saronen dengan irama sarka' juga dimainkan dalam memingiringi sepasang pengantin hingga mencapai pintu gerbang. Karena, irama sarka' mampu menciptakan suasana hangat.
Sementara, irama lorongan jhalan atau irama sedang pada saronen dimainkan dalam perjalanan mencapai lokasi tujuan, baik saat mengiringi sapi karapan atau atraksi sapi sono'.
Irama tersebut juga digunakan saat mengiringi kuda serek (jaran kenca') maupun berbagai ritual yang berkaitan dengan prosesi kehidupan manusia.
Lagu-lagu yang dimainkan berasal dari lagu-lagu gending karawitan, seperti gending nong-nong, manyar sebuh, lan-jalan, maupun bronto sewu.
Irama roju biasanya digunakan untuk mengiringi pengantin keluar pintu gerbang menuju pintu pelaminan.