Jalur pendakian Gunung Lawu via Singolangu diyakini sebagai jalur pendakian tertua diantara semua jalur pendakian Gunung Lawu.
Di kaki Gunung Lawu terdapat dua komplek percandian yang diperkirakan dibangun masa akhir Majapahit.
Pertama adalah Candi Sukuh di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Candi Sukuh berlokasi di lereng kaki Gunung Lawu dengan ketinggian kurang lebih 1.186 mdpl.
Kedua adalah Candi Cetho yang berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Candi Cetho berlokasi di lereng kaki Gunung Lawu dengan ketinggian kurang lebih 1.496 mdpl.
Hubungan antara Gunung Lawu dengan Kerajaan Majapahit juga terkait dengan Legenda Prabu Brawijaya V.
Konon menjelang keruntuhan Majapahit sekitar abad ke-15 Masehi, Prabu Brawijaya V menyepi ke Gunung Lawu.
Selain itu jalur pendakian Gunung Lawu via Singolangu yang diyakini sebagai rute napak tilas Prabu Brawijaya V saat pergi ke Gunung Lawu untuk menghindari kejaran pasukan Raden Fatah.
Tak heran jika di jalur pendakian Singolangu, pendaki bisa menemukan beberapa situs yang diyakini sebagai petilasan Prabu Brawijaya V.
Tak hanya candi dan petilasan Prabu Brawijaya, di Gunung Lawu juga terdapat tiga komplek pemakaman kerabat Mangkunegaran.
Ketiga komplek pemakaman kerabat Mangkunegaran adalah Astana Mangadeg, Astana Girilayu, dan Astana Giribangun.
Di Astana Mangadeg terdapat makam Mangkunegara I, Mangkunegara II, dan Mangkunegara III.
Di Astana Girilayu terdapat makam Mangkunegara IV, Mangkunegara V, Mangkunegara VII, Mangkunegara VIII, dan Mangkunegara IX.
Sementara di Astana Giribangun terdapat makam keluarga Presiden Republik Indonesia ke-2, Soeharto dan Ibu Tien Soeharto.