Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Water Bombing" Kebakaran Bromo Sempat Dihentikan, BPBD: Demi Keamanan Kru

Kompas.com - 12/09/2023, 18:40 WIB
Muhamad Syahrial

Editor

KOMPAS.com - Water Bombing atau penyiraman air dari udara yang dilakukan helikopter Super Puma BNPB di kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur (Jatim), dihentikan sementara akibat angin kencang, pada Selasa (12/9/2023) pagi.

"Helikopter tidak terbang semantara demi keamanan kru. Semoga siang ini cuaca membaik," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Gatot Subroto.

"Pemadaman manual melalui jalur darat tetap kami lakukan," imbuhnya.

Gatot menyampaikan, upaya pemadaman difokuskan di area Bukit Widodaren yang masih terdapat titik api.

Sebelumnya, kebakaran di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) terus menyebar dan meluas, pada Senin (11/9/2023).

Baca juga: Cerita Relawan Padamkan Kebakaran Gunung Bromo, Terjebak Api 3 Jam di Tengah Hutan

Berdasarkan data BPBD Kabupaten Malang, sebaran api telah mencapai wilayah Bukit Jemplang, Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, dan kawasan Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan, Jatim.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang, Sadono Irawan mengungkapkan, api cepat menyebar karena embusan angin.

Dia menuturkan, tim gabungan yang bergerak untuk melakukan proses pemadaman mencapai ratusan personel.

Selain water bombing, upaya pemadaman dilakukan secara manual menggunakan ranting pohon.

"Selain itu, juga menggunakan jet sprayer, serta penyiraman menggunakan tandon yang diangkut mobil pikap untuk titik yang masih bisa dijangkau mobil," tandasnya.

Baca juga: Kebakaran TNBTS Rusak Ekosistem Tanaman Khas Bromo

Tornado api di Gunung Bromo

Baru-baru ini video yang merekam tornado api di tengah kebakaran di Gunung Bromo viral di media sosial.

Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Kelas I Juanda, Teguh Tri Susanto menjelaskan, fenomena itu dikenal dengan sebutan dust evil, yakni pusaran angin kecil namun kuat.

Menurutnya, fenomena dust evil kerap terjadi saat udara kering dan panas. Udara kering itu membentuk aliran berupa pusaran yang membawa debu, serpihan, atau puing-puing di sekitarnya, termasuk api seperti yang terjadi di Bromo.

"Namun objeknya dominan api, hal tersebut terjadi karena ada pemanasan udara oleh api," jelasnya.

“Fenomena ini umum terjadi di tanah lapang yang minim hambatan, karena udara panas menimbulkan pusat tekanan rendah dan menyebabkan terbentuknya pusaran udara dari udara di sekelilingnya yang lebih dingin,” lanjutnya.

Baca juga: Angin Kencang, Water Bombing Kebakaran Bromo Dihentikan Sementara

Dia menambahkan, dust evil tak sama dengan puting beliung. Fenomena ini berlangsung lebih singkat dan tidak destruktif.

“Bukan dari awan cumulonimbus, namun dari pemanasan lokal, kecepatan angin tidak terlalu tinggi" tutur Teguh.

"Dampak yang disebabkan tidak menghancurkan, waktunya enggak lama, kurang dari satu menit,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com