MAGETAN, KOMPAS.com – Sejumlah siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA) di Magetan, Jawa Timur membuat aplikasi pendidikan seks untuk menekan angka pernikahan dini dan kehamilan di luar nikah di kabupaten tersebut.
Aplikasi bernama Exdugo tersebut meraih juara 2 dalam lomba Inovasi dan Teknologi (Inotek) yang digelar oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Magetan.
Baca juga: Dampak Buruk Anak Tidak Dapat Pendidikan Seks Sejak Dini
Guru Pembina Karya Ilmiah Sekolah Menengah Atas (SMAN) 1 Magetan, Rinto mengatakan, pembuatan aplikasi mulanya dilatarbelakangi adanya kasus seorang anak Sekolah Dasar (SD) di Magetan yang hamil oleh teman sekolahnya.
Menurutnya, hal tersebut dapat terjadi lantaran pendidikan seks tidak diberikan semenjak dini.
Bahkan masyarakat setempat, kata dia, masih banyak yang menganggap pendidikan seks adalah sesuatu yang tabu.
Baca juga: DPRD Magetan Usulkan 2 Sekda dan 1 Staf Kemendes Sebagai Pj Bupati Magetan.
"Anak-anak kami ini berharap kasus yang ditemukan seperti anak SD hamil oleh anak SD itu tidak terulang kembali, mereka ikut prihatin dengan peristiwa seperti itu. Mereka kemudian merancang aplikasi Exdugo,” kata dia, Rabu (16/8/2023).
Baca juga: DPRD Magetan Usulkan 2 Sekda dan 1 Staf Kemendes Sebagai Pj Bupati Magetan.
Sejumlah siswa kemudian melakukan riset mengenai latar belakang orangtua dan lingkungan tempat siswa SD dan temannya berada.
Hasilnya, ada kesenjangan pemahaman orangtua mengenai pendidikan seks. Lingkungan menganggap pendidikan seks adalah hal yang tabu.
“Orangtua sendiri ternyata kurang dalam pemahaman pendidikan seks, sementara kemudahan teknologi membuat anak anak mencari informasi melalui media sosial dan lainnya yang belum tentu kebenarannya,” imbuh Rinto.
Baca juga: Foto Santriwati di Magetan Tenteng Airsoft Gun Saat MPLS Beredar, Polisi Datangi Ponpes
Violin, seorang kelas XII SMAN 1 Magetan, Jawa Timur dari kelompok pemerhati kasus pernikahan dini mengatakan, timnya melakukan penelitian bersama Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak kabupaten Magetan.
Hasilnya, banyak masyarakat yang memahami seks sebatas pada hubungan suami istri.
“Persepsi pendidikan seks itu masih terbatas hanya sebatas hubungan suami istri, padahal pesatnya teknologi membuat konten seks diakses anak mereka tanpa pengawasan,” ujarnya saat ditemui di Pendopo Surya Graha Kabupaten Magetan, Rabu (15/8/2023).
Violin mengaku dari hasil riset yang mereka lakukan ke dinas KB dan berita kasus pernikahan dini di media sosial, mayoritas anak yang tersandung kasus pernikahan dini berasal dari wilayah pinggiran di Kabupaten Magetan.
“Dari riset yang kami lakukan mayoritas kasus pernikahan dini ini menimpa anak-anak yang tinggal di wilayah pinggiran Magetan yang menganggap pendidikan seks itu tabu,” imbuhnya.
Baca juga: Orangtua Perlu Tahu Cara Memberi Pendidikan Seks untuk Anak
Violin bersama rekannya di SMAN 1 Magetan, Desiva, Syahrun dan Salma kemudian merancang aplikasi yang mereka namakan Exdugo atau sex education bagi orangtua dan anak.