MALANG, KOMPAS.com - Sosok korban jeratan kabel fiber optik di Jakarta Selatan yakni Sultan Rif'at Alfatih (20) dikenal teman-temannya sebagai mahasiswa aktif di kampus. Hal itu diungkapkan oleh salah satu mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), Axel Calfari.
Dia dan Sultan sama-sama dari mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UB. Axel bercerita, bahwa sosok Sultan selama ini dikenal sebagai pribadi yang mudah bergaul sehingga saat ini dirindukan oleh teman-temannya.
"Komunikasi kami dari teman-temannya masih terus, berjalan dengan baik. Walaupun kita tahu, saat ini keadaan teman kita, Sultan, sulit untuk bicara dan makan," kata Axel pada Sabtu (12/8/2023).
Baca juga: Polisi Akui Hadapi Kesulitan Usut Kasus Sultan Rifat yang Terjerat Kabel Menjuntai di Jalan
Sebagai informasi, kondisi Sultan saat ini harus menggunakan selang untuk makan dan minum serta menjalani rawat jalan. Dengan kondisi tersebut, Sultan belum bisa kembali mengikuti kegiatan perkuliahan.
Axel mengatakan, sebelum kecelakaan, Sultan aktif dalam berbagai kegiatan baik di organisasi intra dan ekstra kampus. Bahkan, Sultan pernah menjadi Wakil Kepala Departemen di Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, dan aktif sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Selain itu, Sultan aktif dalam kegiatan sosial yakni mendidik anak-anak jalanan di Malang. Namun, dia menyampaikan bahwa Sultan saat ini belum bisa aktif melanjutkan kembali dalam kegiatan kampus.
"Beberapa kali, Sultan meminta maaf lewat WhatsApp dan personal chat ke teman-temannya, karena belum bisa melanjutkan kembali tugasnya di organisasi," katanya.
Aksi solidaritas untuk Sultan dari teman-temannya juga telah dilakukan pada Kamis (10/8/2023), sore. Mereka tergabung dari Aliansi Mahasiswa Resah (Amarah) Brawijaya melakukan aksi di bundaran kampus UB.
Para mahasiswa mengawali aksinya dengan long march atau jalan kaki dari gazebo Fakultas Kedokteran (FK), UB. Mereka menyuarakan keadilan dan menuntut pertanggungjawaban untuk Sultan atas kelalaian dari PT Bali Towerindo Tbk.
Baca juga: Update Polemik Antara Keluarga Sultan Rifat dan Bali Tower: Polisi Selidiki Bukti dan Laporan Korban
Saat akhir aksi, para mahasiswa membawa air dan bunga yang kemudian diguyurkan ke simbol tower milik PT Bali Towerindo Tbk. Aksi teatrikal itu dimaksudkan sebagai bentuk matinya keadilan dan tanggungjawab dari perusahaan kabel fiber optik yang menjerat leher Sultan.
Axel bercerita, sebelum melakukan aksi tersebut, Sultan sempat melakukan video call dengan teman-temannya. Mereka juga sempat berkomunikasi dengan Ayah Sultan, Fatih.
Sang ayah dan Sultan mengapresiasi serta mengucapkan rasa terimakasih terhadap aksi solidaritas yang dilakukan. Sultan juga meminta maaf karena belum bisa menemui teman-temannya yang berjuang.
"Dia (Sultan) juga mengatakan rindu ke kampus, karena sedikit lagi (saat ini semester 6) sudah mau lulus. Kami mendukung dan memperjuangkan keadilan untuk Sultan," katanya.
Rektor UB, Prof Widodo mengatakan, apabila Sultan tidak memungkinkan sementara waktu melanjutkan perkuliahan maka bisa mengambil cuti terminal hingga kondisinya pulih.
Baca juga: Polda Metro Selidiki Laporan Keluarga Sultan Rifat terhadap PT Bali Tower soal Kabel Pembawa Celaka
"Terkait perkuliahan Sultan, kita mengikuti kondisi yang bersangkutan, apakah bisa mengikuti perkuliahan atau belum. Jika belum, langkah yang paling baik bisa (cuti) terminal dulu, dengan kata lain istirahat dulu," kata Prof Widodo.
Selain itu, Sultan juga dimungkinkan mengikuti perkuliahan secara hybrid atau tidak seluruhnya tatap muka.
"Kemudian jika dimungkinkan bisa mengikuti secara hybrid, jadi tergantung kondisi mahasiswanya," katanya.
Prof Widodo juga menyampaikan, pihak UB bisa memberikan bantuan hukum jika dibutuhkan untuk membantu Sultan dan keluarganya. Namun, dia berharap bila persoalan yang ada dapat diselesaikan secara kekeluargaan, sehingga bisa fokus terhadap proses penyembuhan Sultan.
"Terkait bantuan hukum, Insya Allah kita bisa membantu keluarga. Tapi kita berharap ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan, dengan baik-baik, sehingga tidak memerlukan banyak energi untuk menyelesaikan ini, kira-kira begitu. Tapi yang jelas kita membantu," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.