Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati: Sebagian Besar Penyebab "Stunting" di Banyuwangi karena Salah Pola Asuh

Kompas.com - 11/08/2023, 05:46 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Krisiandi

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandini mengatakan, pasangan yang menikah pada usia yang masih sangat muda atau belum matang cenderung belum siap untuk menjadi orangtua.

Pasangan tersebut bisa jadi minim pengetahuan tentang gizi dan perawatan saat kehamilan. Mereka juga minim pengetahuan tentang pertumbuhan dan kebutuhan anak. 

Maka, anak-anak yang lahir dari pernikahan dini kerap menjadi korban stunting. Itu pula yang terjadi di Banyuwangi. 

“Sebagian besar penyebab stunting (di Banyuwangi) bukan cuma gizi dan ekonomi, tapi karena pola asuh,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dalam acara di SMAN 1 Wongsorejo, Rabu (9/8/2023).

Ketidaktahuan tentang pola asuh anak sering kali terjadi karena pernikahan dini. Dan pernikahan anak menjadi salah satu pemicu utama stunting di Banyuwangi, khususnya di Desa Wongsorejo.

Baca juga: Kejar Prevalensi Stunting 14 Persen di Jatim, 1 Juta Butir Telur Dibagikan ke Keluarga Rentan

“Karena pernikahan anak yang marak dan banyak di Kecamatan Wongsorejo, mereka secara fisik masih memiliki kekurangan. Belum sempurna reproduksinya, juga pengetahuan dalam pendidikan keluarga,” imbuhnya.

Hal inilah yang melatarbelakangi kasus stunting, atau gangguan pertumbuhan pada anak.

Ipuk mengatakan, anak stunting seringkali lahir dari ibu-ibu muda yang belum mengerti pola asuh anak secara matang dan menyeluruh.

Tingkat pernikahan dini di Wongsorejo

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Keluarga Berencana Kabupaten Banyuwangi Henik Setyorini mengatakan masih maraknya pernikahan di bawah umur di Desa Wongsorejo.

Baca juga: Kampanyekan Penurunan Angka Stunting, Khofifah Ajak Ratusan Anak Makan Telur dan Minum Susu

"Desa Wongsorejo ini peringkat kedua pernikahan dini yang paling tinggi di Banyuwangi, jadi paling banyak dispensasi (menikah di bawah umur) yang diajukan oleh warga ke Pak Kades (Kepala desa)," kata Henik.

Ketidaksiapan ibu muda untuk memiliki anak, kata dia, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental.

Alhasil, tak hanya salah asuh sejak di dalam kandungan yang menyebabkan stunting, anak-anak yang lahir tanpa persiapan juga cenderung menimbulkan masalah baru.

Terutama, kata Henik, jika orangtuanya belum memiliki kematangan emosional dan psikologis. Kasus parah bisa mengarah menjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) atau bahkan perceraian.

Baca juga: Pravelensi Kasus Stunting di Sikka Diklaim Turun 0,8

"Perempuan menikah di usia muda, lalu punya anak, lalu bertengkar antara anak dan ibu yang masih anak-anak. Belum stabil emosinya,” kata dia.

Oleh karena itu, Henik berpesan beberapa hal kepada generasi muda, khususnya masyarakat di daerah dengan budaya menikah dini masih mengakar.

Antara lain, jangan menikah terlalu muda, bagi perempuan usia matangnya adalah minimal 21 tahun dan laki-laki 25 tahun.

“Jangan terlalu tua juga, jangan di atas 35 tahun. Terlalu dekat jarak atau usia anaknya, jadi ibunya lupa menggunakan pil kontrasepsi,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mantan Bupati Nganjuk Daftar Bacabup ke Demokrat, Ketua DPC: Prioritas Kami Tetap Kader

Mantan Bupati Nganjuk Daftar Bacabup ke Demokrat, Ketua DPC: Prioritas Kami Tetap Kader

Surabaya
Kronologi Penggerebekan Judi Sabung Ayam Berujung 1 Warga Tewas di Ngawi, 2 Luka-luka

Kronologi Penggerebekan Judi Sabung Ayam Berujung 1 Warga Tewas di Ngawi, 2 Luka-luka

Surabaya
Kronologi Tabrakan 2 'Speedboat' di Telaga Sarangan

Kronologi Tabrakan 2 "Speedboat" di Telaga Sarangan

Surabaya
Waspada Semeru Keluarkan Awan Panas dan Jarak Luncur Tak Diketahui

Waspada Semeru Keluarkan Awan Panas dan Jarak Luncur Tak Diketahui

Surabaya
Bentrok Antar-pemuda di Madiun, 3 Luka Berat dan 4 Luka Ringan

Bentrok Antar-pemuda di Madiun, 3 Luka Berat dan 4 Luka Ringan

Surabaya
1 Warga Meninggal Usai 'Nyebur' ke Sungai Saat Polisi Gerebek Sabung Ayam di Ngawi

1 Warga Meninggal Usai "Nyebur" ke Sungai Saat Polisi Gerebek Sabung Ayam di Ngawi

Surabaya
Penipuan Tanah Kavling di Malang, Direktur Ditangkap

Penipuan Tanah Kavling di Malang, Direktur Ditangkap

Surabaya
Duduk Perkara Rumah Ibu di Malang Dirobohkan oleh Anak Kandung

Duduk Perkara Rumah Ibu di Malang Dirobohkan oleh Anak Kandung

Surabaya
Guru SD di Jombang Jadi Tersangka Usai Mata Kanan Siswa Alami Cedera di Sekolah

Guru SD di Jombang Jadi Tersangka Usai Mata Kanan Siswa Alami Cedera di Sekolah

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Surabaya
'Speedboat' Bertabrakan di Telaga Sarangan, Sopir Terlempar ke Air

"Speedboat" Bertabrakan di Telaga Sarangan, Sopir Terlempar ke Air

Surabaya
5 Puncak Gunung di Kaldera Tengger, Ternyata Tidak Hanya Gunung Bromo

5 Puncak Gunung di Kaldera Tengger, Ternyata Tidak Hanya Gunung Bromo

Surabaya
10 Tahun Diteror Foto Mesum, Wanita di Surabaya Laporkan Teman SMP ke Polisi

10 Tahun Diteror Foto Mesum, Wanita di Surabaya Laporkan Teman SMP ke Polisi

Surabaya
Cerita Supiyah, Tukang Pijat asal Surabaya yang Pergi Naik Haji

Cerita Supiyah, Tukang Pijat asal Surabaya yang Pergi Naik Haji

Surabaya
Pria Peneror Teman Perempuannya Selama 10 Tahun Ditangkap Polisi

Pria Peneror Teman Perempuannya Selama 10 Tahun Ditangkap Polisi

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com