Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rentetan Kecelakaan di Jalur KA di Indonesia, Pakar Transportasi ITS Jelaskan Bahaya Pelintasan Sebidang

Kompas.com - 25/07/2023, 10:30 WIB
Andhi Dwi Setiawan,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Rentetan kecelakaan di jalur kereta api terjadi di Indonesia beberapa waktu belakangan.

Insiden pertama, truk yang mogok di pelintasan di kawasan Semarang, Jawa Tengah tertabrak KA Brantas, Selasa (18/7/2023).

Selanjutnya pada Kamis (20/7/2023), sebuah truk menerobos palang pelintasan di Jember, Jawa Timur dan mogok di tengah jalur kereta. Truk tersebut nyaris tertemper oleh kereta api yang melintas di saat yang sama.

Baca juga: Tim Hukum KAI Datangi Polres Nganjuk Terkait KA Gajayana Tabrak Truk Gandeng

Sekitar empat hari kemudian, KA Gajayana menabrak truk gandeng bermuatan tebu di Nganjuk, tepatnya di antara Stasiun Baron dan Kertosono, Senin (24/7/2023), sekitar pukul 04.12 WIB.

Pendapat pakar

Kecelakaan kereta di Semarang, sebuah truk tertabrak Kereta Api (KA) Brantas di perlintasan sebidang di Jalan Madukoro, Kota Semarang, Selasa (18/7/2023) malam.
Antara/I.C. Senjaya Kecelakaan kereta di Semarang, sebuah truk tertabrak Kereta Api (KA) Brantas di perlintasan sebidang di Jalan Madukoro, Kota Semarang, Selasa (18/7/2023) malam.

Pakar transportasi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Dr. Machsus mengungkapkan, salah satu penyebab kecelakaan antara kereta api dengan kendaraan di Indonesia adalah penerapan pelintasan sebidang.

Dosen Transportasi Prodi S2 Terapan, Teknik Infrastruktur Sipil-Fakultas Vokasi ITS itu berpendapat, solusinya yakni dengan membangun flyover atau underpass.

"Sangat rawan kecelakaan, karena pelintasan sebidang terjadi perpotongan atau bersinggungan langsung dengan jalan raya," kata Machsus, ketika dihubungi melalui pesan singkat, Selasa (25/7/2023).

Baca juga: Kronologi KA Gajayana Senggol Truk Gandeng di Nganjuk, Klakson Berkali-kali Tak Digubris Sopir Truk

Machsus menilai, para pengendara hingga sekarang masih belum disiplin ketika melewati pelintasan sebidang. Beberapa di antaranya seperti melawan arus dan menerobos palang yang sudah tertutup.

Regulasi

Padahal, dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 114 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan disebutkan, kendaraan lain harus berhenti ketika sinyal berbunyi, mendahulukan kereta api, dan memberikan hak kepada kendaraan yang melintasi rel.

"Alat bantu keselamatan (di sekitar pelintasan) tak cukup, bila faktor kedisiplinan pengendara masih rendah. Akhirnya tabrakan di pelintasan sebidang tak bisa dihindari," jelasnya.

Selain itu, kata Machsus, frekuensi perjalanan kereta api saat ini juga mengalami peningkatan. Hal itu sesuai dengan program pemerintah yang gencar membangun jalur ganda atau double track.

Machsus pun menyarankan agar pemerintah lebih memprioritaskan program yang bisa mengurangi perlintasan sebidang. Yakni dengan membangun lintasan flyover atau underpass.

"Jika pelintasanya tidak lagi sebidang, tentu tidak ada perpotongan antara jalur kereta api dengan jalan raya. Sehingga tak akan ada lagi potensi kecelakaan pada pelintasan tersebut," ucapnya.

Selain itu, pemerintah juga bisa membuat peraturan yang menimbulkan efek jera bagi para pelanggar. Hal itu untuk menciptakan budaya disiplin selama kendaraan lain berada di sekitar pelintasan kereta api.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pulang dari Taiwan, Seorang Ayah di Tulungagung Bunuh Anak Balitanya

Pulang dari Taiwan, Seorang Ayah di Tulungagung Bunuh Anak Balitanya

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Senin 13 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Senin 13 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Surabaya
Cerita Mochammad Abdul Aziz, Jemaah Haji Termuda di Jatim, Gantikan Ayah yang Meninggal

Cerita Mochammad Abdul Aziz, Jemaah Haji Termuda di Jatim, Gantikan Ayah yang Meninggal

Surabaya
Asyik Berduaan dengan Pacar, Pria di Kota Malang Disabet Golok Orang Tidak Dikenal

Asyik Berduaan dengan Pacar, Pria di Kota Malang Disabet Golok Orang Tidak Dikenal

Surabaya
Pasutri Bojonegoro Bisa Haji dari Penghasilan Parkir, Sisihkan Uang untuk Infak

Pasutri Bojonegoro Bisa Haji dari Penghasilan Parkir, Sisihkan Uang untuk Infak

Surabaya
Kronologi Truk Ekspedisi Terbakar di Tol Solo-Madiun, Barang Muatan Ludes

Kronologi Truk Ekspedisi Terbakar di Tol Solo-Madiun, Barang Muatan Ludes

Surabaya
Bom Ikan Meledak di Pasuruan Jatim, Satu Orang Tewas

Bom Ikan Meledak di Pasuruan Jatim, Satu Orang Tewas

Surabaya
Siswa SMAN 2 Kota Batu Raih Medali Emas Kejuaraan Internasional Sepeda Downhill di Malaysia

Siswa SMAN 2 Kota Batu Raih Medali Emas Kejuaraan Internasional Sepeda Downhill di Malaysia

Surabaya
Truk Ekspedisi Terbakar di Tol Solo-Madiun, Paket dalam Boks Hangus

Truk Ekspedisi Terbakar di Tol Solo-Madiun, Paket dalam Boks Hangus

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Surabaya
Istri Meninggal Pasca Cabut Gigi Bungsu, Suami Bertekad Cari Keadilan

Istri Meninggal Pasca Cabut Gigi Bungsu, Suami Bertekad Cari Keadilan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Berawan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Surabaya
Polisi di Situbondo Gagalkan Jual Beli 8,9 Ton Pupuk Subsidi

Polisi di Situbondo Gagalkan Jual Beli 8,9 Ton Pupuk Subsidi

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com