Jembatan darurat ini awalnya hanya diperuntkkan bagi warga yang berjalan kaki. Namun, kini kendaraan roda dua sudah mulai bisa melintas.
Kepala Desa Sidomulyo Agus Eko Purnomo mengatakan, jembatan ini bisa dilalui para pengendara antara jam 07.00-17.00 WIB dengan syarat, tidak terjadi hujan dan banjir lahar yang menerjang.
"Ini jembatan darurat inisiatif warga agar ekonomi tidak mati, warga juga bisa bepergian," kata Agus di Lumajang.
Agus menambahkan, pihaknya tengah menyiapkan jembatan darurat lagi untuk digunakan kendaraan roda empat di sisi utara jembatan utama.
"Ini sedang kita bangun juga jembatan darurat yang untuk roda 4, mudah-mudahan minggu depan bisa jadi," tambahnya.
Baca juga: Banjir Lahar Dingin Semeru, Warga: Saya Tidak Berani Pulang...
Dia mengklaim, jembatan darurat di atas Sungai Glidik dibangun secara swadaya oleh masyarakat.
Tidak hanya warga Desa Sidomulyo, jembatan ini juga dibangun bersama warga Kecamatan Ampel Gading, Kabupaten Malang.
Setidaknya, ada 43 orang yang secara bersama-sama membangun dan mengelola jembatan ini.
Jembatan darurat Sungai Glidik dibuat dari tiga batang pohon kelapa yang di atasnya diberi anyaman dari bambu.
Panjang jembatan sekitar tiga meter dengan lebar jembatan 50 sentimeter dan hanya bisa dilalui satu kendaraan secara bergantian.
Baca juga: Menteri Basuki Ungkap Penyebab Jembatan Kali Glidik Lumajang-Malang Hanyut Diterjang Banjir Lahar
Untuk melintas jembatan ini, para pengendara harus menuruni jalan yang cukup curam dan licin sejauh 60 meter.
Setelah menyebrang jembatan darurat, pengendara juga akan melewati jalan menanjak yang sempit sejauh 60 meter juga.
Terlihat, ada kardus yang diletakkan. Sejumlag pengendara memasukkan uang secara sukarela ketika melintas.
Baca juga: 5 Tempat Wisata di Lumajang yang Tutup Sementara Selama Tanggap Darurat Bencana
Menurut Riyadi, salah seorang petugas yang berjaga di sekitar jembatan darurat, dana yang terkumpul, sebagian akan digunakan sebagai biaya operasional untuk memperbaiki jembatan.