LUMAJANG, KOMPAS.com - Tawur Agung Kesanga merupakan rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu. Upacaranya tidak bisa dilepaskan dari pawai ogoh-ogoh yang diarak keliling desa.
Biasanya, ogoh-ogoh diangkat oleh enam hingga belasan orang dewasa dengan menunjukkan atraksi-atraksi yang menghibur penonton.
Selasa (21/3/2023) malam, pawai ogoh-ogoh di Pura Mandhara Giri Semeru, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur menampilkan 17 buah ogoh-ogoh yang berasal dari lima desa di desa tersebut.
Baca juga: Diserang Komentar Negatif karena Ikuti Pawai Ogoh-ogoh, Gibran: Itu Orang Pikirannya Sempit
Satu di antaranya cukup mengundang perhatian. Yakni sebuah ogoh-ogoh berukuran mini yang digendong oleh enam bocah yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Dengan semangat dan raut wajah ceria, ogoh-ogoh setinggi 1,5 meter itu diarak keliling Desa Senduro oleh anak-anak tanpa lelah.
Kiki, salah satu bocah pembawa ogoh-ogoh yang masih duduk di kelas empat sekolah dasar mengaku senang bisa berpartisipasi dalam merayakan tawur agung.
Menurutnya, partisipasinya ingin ikut serta mengangkut ogoh-ogoh merupakan inisiatifnya sendiri.
Kiki mengaku tidak lelah meski harus mengarak ogoh-ogoh keliling desa dengan jarak tempuh lebih dari lima kilometer dan melewati jalan yang naik turun.
"Senang. Saya sendiri yang kepingin. Tidak capek karena bareng-bareng," kata Kiki di Lumajang, Selasa (21/3/2023) malam.
Baca juga: Warga Gelar Pawai Ogoh-ogoh, Jalan Lumajang-Malang via Ranupane Ditutup
Kiki bercerita, sebelum ikut pawai, ia dan teman-temannya berlatih secara otodidak dengan melihat orang-orang dewasa melakukan gerakan atraksi dalam pawai ogoh-ogoh.
"Belajar sendiri. Lihat orang main terus ditirukan," terangnya.
Dama, bocah lain yang turut mengangkat ogoh-ogoh mengatakan, mulai menyukai pertunjukan ogoh-ogoh sebelum pandemi Covid-19.
Namun, dirinya baru bisa menampilkan bakat dan kesenangannya itu tahun ini lantaran tiga tahun sebelumnya, pawai ogoh-ogoh di Pura Mandhara Giri Semeru ditiadakan.
Baca juga: Ratusan Warga Peringati Tawur Agung Kesanga di Malang, 10 Ogoh-ogoh Diarak
"Memang suka. Sudah lama. Tapi baru bisa tampil," kata Dama.
Sementara, Rianto, pegiat budaya Desa Kandangan, Kecamatan Senduro mengatakan, di desanya banyak anak-anak yang menyukai tradisi pawai ogoh-ogoh.
Bahkan, anak didiknya yang belajar ogoh-ogoh ada yang masih berusia tujuh tahun atau masih kelas satu sekolah dasar.
"Di (desa) Kandangan memang banyak anak-anak yang suka. Paling kecil ada yang kelas 1 (SD). Kita latih dan dampingi kalau tampil jadi nanti kalau tidak kuat langsung kita bantu. Tapi anak-anak yang ikut ini kuat-kuat," terang Rianto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.