"Satu kemasan rengginang hitam berharga Rp 12.500, biasanya kami melakukan pengiriman satu dus atau lebih, namun butuh bahan dasar ketan 25 kilogram, keuntungan dan pengeluaran cukup,"tuturnya.
Selain membeli ketan, ada bahan dasar lain yang dibeli sehingga menghasilkan rengginang yang gurih dan enak. Kegiatan produksi tersebut telah bertahan lama sehingga menjadi roda kehidupan yang wajib dijalani.
"Pernah dapat pesanan 1500 pack/kemasan, biasanya yang minta banyak begitu dari bali atau kota besar,"tuturnya.
Jika sedang tidak ada pesanan. Dirinya juga terkadang melakukan penjualan di toko klontongnya. Namun terkadang dijual secara online dengan jumlah yang tidak banyak 10 sampai 20 kemasan.
Kepala Desa Gelung, Baikuni menyatakan bahwa rengginang usaha rumahan yang sudah ada sejak lama. Kondisi bahan dasar ikan yang melimpah membuat masyarakat kreatif membuat rengginang untuk bisnis kecil membantu ekonomi keluarga.
"Rengginang itu sudah lama, para warga mayoritas membuat rengginang di rumah masing-masing,"tuturnya.
Baca juga: Unik, Hotel di Solo Ini Ciptakan Miniatur Masjid dari Rengginang
Menurutnya, setiap keluarga memproduksi rengginang berbagam macam. Ada rengginang hitam (cumi), rengginang hijau (saledri), rengginang merah (tongkol), rengginang putih (ikan cakalang dan terasi).
"Kalau produsen rengginang resmi dan saat ini terdaftar ada 132 produsen,"tuturnya.
Ratusan produsen rengginang di Desa Gelung tersebut memang tidak keseluruhan menjadi pengusaha rengginang. Namun banyaknya produsen rengginang cukup membuat roda ekonomi di desanya hidup.
"Sedangkan total kepala keluarga di Desa Gelung sekitar 1500 KK, selain produsen rengginang, warga juga banyak bekerja bertani dan nelayan,"katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.