Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rengginang Hitam, Makanan Khas Pesisir Situbondo yang Jadi Andalan Penyangga Ekonomi

Kompas.com, 25 Februari 2023, 09:44 WIB
Ridho Abdullah Akbar,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SITUBONDO, KOMPAS.com - Sejak pagi, 3 keluarga di Desa Gelung, Kecamatan Panarukan, Situbondo mulai mencampur beras ketan dengan soda. Setelah itu dicuci bersih untuk dijadikan bahan pembuatan makanan ringan, yakni rengginang. Uniknya, rengginang ini berwarna hitam.

Mereka kompak dan terlihat cekatan tentang tugas kerja masing-masing.

Usaha rumahan yang dipimpin seorang ibu bernama Afiana (36) itu bertahan dan berkesinambungan belasan tahun. Dia belajar sejak kecil membuat rengginang yang gurih dan enak. Mulai berbisnis dan melakukan pengiriman antar daerah sejak 14 tahun silam.

Baca juga: 10 Makanan Khas Jambi, Selain Tempoyak

"Setiap hari bikin (rengginang) kerjanya dari pagi dan siangnya menjemur,"katanya Jumat (24/2/2023).

Menurutnya, membuat rengginang hitam membutuhkan bahan dasar cumi yang segar seperti yang baru datang dari kapal. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap rasa rengginang ketika diawetkan.

"Kalau cumi kami pakai 2 kilogram, untuk cumi harganya cukup mahal karena 1 kilo harganya Rp 60.000, kalau 2 kilo Rp 120.000,"katanya.

Dia juga mengaku bahwa sudah berlangganan dengan beberapa nelayan yang ada di Desa Gelung. Hampir setiap hari bahan baku pembuatan rengginang selalu ada, tergantung dari pembeli mau memesan rasa cumi atau lainnya.

Cita rasa awet setahun

Afiana juga menyatakan bahwa usahanya membuat rengginang hitam atau cumi sangat tergantung kepada alam. Dalam proses pembuatan pengeringan, butuh penyinaran terik sinar matahari secara maksimal. Jika musim penghujan datang cukup membuat usahanya terganggu.

"Pencetakan ukuran rengginang dilakukan manual dan tidak pakai alat mesin, dengan menggunakan pemasakannya yang simpel namun bumbunya khusus," ucapnya.

Baca juga: Resep Kupat Tahu Bandung, Makanan Khas Sunda untuk Sarapan Besok

Menurutnya, proses pembuatan yang benar ditambah dengan bumbu yang tepat membuat rengginang memiliki cita rasa yang sama meski telah bertahan setahun. Sehingga pembuatnya harus memiliki pengalaman dan tidak boleh sembarangan.

"Bertahan bisa setahun cita rasanya, dan kami kemas dengan plastik seperti biasa,"tuturnya.

Foto: Proses pembuatan rengginang hitam di rumah warga.KOMPAS.com / Ridho Abdullah Akbar Foto: Proses pembuatan rengginang hitam di rumah warga.

Rasa dari rengginang hitam memang berbeda dengan rengginang biasanya. Di sini, rasanya sangat identik dengan bahan dasar yakni cumi dan sedikit asin. Sangat cocok bagi lidah orang Indonesia.

Pengemasan rengginang dilakukan secara manual. Dalam satu kemasan biasanya terisi 40 biji yang mentah. Tergantung dari besaran ukurannya. Jika isinya cukup besar terisi 35 sampai 36 biji.

Rengginang yang mayoritas dikirim ke berbagai daerah masih mentah. Dia jarang sekali melakukan pengiriman rengginang yang sudah matang siap dimakan. Hal tersebut karena mengirit tenaga dan biaya.

Tumpuan ekonomi keluarga

Kholilah (23), keponakan Afiana juga turut membantu sang bibi untuk menjalankan roda bisnis dan ekonomi keluarganya. Terhitung 7 orang yang bekerja membuat rengginang. Sehingga usaha rumahan tersebut berkontribusi untuk memberikan kesejahteraan.

Baca juga: Noor Nabaiyah, Mengasah Asa Perempuan Pesisir Puger dengan Rengginang Terasi

"Satu kemasan rengginang hitam berharga Rp 12.500, biasanya kami melakukan pengiriman satu dus atau lebih, namun butuh bahan dasar ketan 25 kilogram, keuntungan dan pengeluaran cukup,"tuturnya.

Selain membeli ketan, ada bahan dasar lain yang dibeli sehingga menghasilkan rengginang yang gurih dan enak. Kegiatan produksi tersebut telah bertahan lama sehingga menjadi roda kehidupan yang wajib dijalani.

"Pernah dapat pesanan 1500 pack/kemasan, biasanya yang minta banyak begitu dari bali atau kota besar,"tuturnya.

Jika sedang tidak ada pesanan. Dirinya juga terkadang melakukan penjualan di toko klontongnya. Namun terkadang dijual secara online dengan jumlah yang tidak banyak 10 sampai 20 kemasan.

Kampung Rengginang Situbondo

Kepala Desa Gelung, Baikuni menyatakan bahwa rengginang usaha rumahan yang sudah ada sejak lama. Kondisi bahan dasar ikan yang melimpah membuat masyarakat kreatif membuat rengginang untuk bisnis kecil membantu ekonomi keluarga.

"Rengginang itu sudah lama, para warga mayoritas membuat rengginang di rumah masing-masing,"tuturnya.

Baca juga: Unik, Hotel di Solo Ini Ciptakan Miniatur Masjid dari Rengginang

Menurutnya, setiap keluarga memproduksi rengginang berbagam macam. Ada rengginang hitam (cumi), rengginang hijau (saledri), rengginang merah (tongkol), rengginang putih (ikan cakalang dan terasi).

"Kalau produsen rengginang resmi dan saat ini terdaftar ada 132 produsen,"tuturnya.

Ratusan produsen rengginang di Desa Gelung tersebut memang tidak keseluruhan menjadi pengusaha rengginang. Namun banyaknya produsen rengginang cukup membuat roda ekonomi di desanya hidup.

"Sedangkan total kepala keluarga di Desa Gelung sekitar 1500 KK, selain produsen rengginang, warga juga banyak bekerja bertani dan nelayan,"katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau