Salin Artikel

Rengginang Hitam, Makanan Khas Pesisir Situbondo yang Jadi Andalan Penyangga Ekonomi

Mereka kompak dan terlihat cekatan tentang tugas kerja masing-masing.

Usaha rumahan yang dipimpin seorang ibu bernama Afiana (36) itu bertahan dan berkesinambungan belasan tahun. Dia belajar sejak kecil membuat rengginang yang gurih dan enak. Mulai berbisnis dan melakukan pengiriman antar daerah sejak 14 tahun silam.

"Setiap hari bikin (rengginang) kerjanya dari pagi dan siangnya menjemur,"katanya Jumat (24/2/2023).

Menurutnya, membuat rengginang hitam membutuhkan bahan dasar cumi yang segar seperti yang baru datang dari kapal. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap rasa rengginang ketika diawetkan.

"Kalau cumi kami pakai 2 kilogram, untuk cumi harganya cukup mahal karena 1 kilo harganya Rp 60.000, kalau 2 kilo Rp 120.000,"katanya.

Dia juga mengaku bahwa sudah berlangganan dengan beberapa nelayan yang ada di Desa Gelung. Hampir setiap hari bahan baku pembuatan rengginang selalu ada, tergantung dari pembeli mau memesan rasa cumi atau lainnya.

Cita rasa awet setahun

Afiana juga menyatakan bahwa usahanya membuat rengginang hitam atau cumi sangat tergantung kepada alam. Dalam proses pembuatan pengeringan, butuh penyinaran terik sinar matahari secara maksimal. Jika musim penghujan datang cukup membuat usahanya terganggu.

"Pencetakan ukuran rengginang dilakukan manual dan tidak pakai alat mesin, dengan menggunakan pemasakannya yang simpel namun bumbunya khusus," ucapnya.

Menurutnya, proses pembuatan yang benar ditambah dengan bumbu yang tepat membuat rengginang memiliki cita rasa yang sama meski telah bertahan setahun. Sehingga pembuatnya harus memiliki pengalaman dan tidak boleh sembarangan.

"Bertahan bisa setahun cita rasanya, dan kami kemas dengan plastik seperti biasa,"tuturnya.

Rasa dari rengginang hitam memang berbeda dengan rengginang biasanya. Di sini, rasanya sangat identik dengan bahan dasar yakni cumi dan sedikit asin. Sangat cocok bagi lidah orang Indonesia.

Pengemasan rengginang dilakukan secara manual. Dalam satu kemasan biasanya terisi 40 biji yang mentah. Tergantung dari besaran ukurannya. Jika isinya cukup besar terisi 35 sampai 36 biji.

Rengginang yang mayoritas dikirim ke berbagai daerah masih mentah. Dia jarang sekali melakukan pengiriman rengginang yang sudah matang siap dimakan. Hal tersebut karena mengirit tenaga dan biaya.

Tumpuan ekonomi keluarga

Kholilah (23), keponakan Afiana juga turut membantu sang bibi untuk menjalankan roda bisnis dan ekonomi keluarganya. Terhitung 7 orang yang bekerja membuat rengginang. Sehingga usaha rumahan tersebut berkontribusi untuk memberikan kesejahteraan.

"Satu kemasan rengginang hitam berharga Rp 12.500, biasanya kami melakukan pengiriman satu dus atau lebih, namun butuh bahan dasar ketan 25 kilogram, keuntungan dan pengeluaran cukup,"tuturnya.

Selain membeli ketan, ada bahan dasar lain yang dibeli sehingga menghasilkan rengginang yang gurih dan enak. Kegiatan produksi tersebut telah bertahan lama sehingga menjadi roda kehidupan yang wajib dijalani.

"Pernah dapat pesanan 1500 pack/kemasan, biasanya yang minta banyak begitu dari bali atau kota besar,"tuturnya.

Jika sedang tidak ada pesanan. Dirinya juga terkadang melakukan penjualan di toko klontongnya. Namun terkadang dijual secara online dengan jumlah yang tidak banyak 10 sampai 20 kemasan.

Kampung Rengginang Situbondo

Kepala Desa Gelung, Baikuni menyatakan bahwa rengginang usaha rumahan yang sudah ada sejak lama. Kondisi bahan dasar ikan yang melimpah membuat masyarakat kreatif membuat rengginang untuk bisnis kecil membantu ekonomi keluarga.

"Rengginang itu sudah lama, para warga mayoritas membuat rengginang di rumah masing-masing,"tuturnya.

Menurutnya, setiap keluarga memproduksi rengginang berbagam macam. Ada rengginang hitam (cumi), rengginang hijau (saledri), rengginang merah (tongkol), rengginang putih (ikan cakalang dan terasi).

"Kalau produsen rengginang resmi dan saat ini terdaftar ada 132 produsen,"tuturnya.

Ratusan produsen rengginang di Desa Gelung tersebut memang tidak keseluruhan menjadi pengusaha rengginang. Namun banyaknya produsen rengginang cukup membuat roda ekonomi di desanya hidup.

"Sedangkan total kepala keluarga di Desa Gelung sekitar 1500 KK, selain produsen rengginang, warga juga banyak bekerja bertani dan nelayan,"katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/02/25/094443378/rengginang-hitam-makanan-khas-pesisir-situbondo-yang-jadi-andalan-penyangga

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com