Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak di Situbondo Gugat Ayah Kandung karena Takut Warisan Jatuh ke Ibu Tiri

Kompas.com - 03/02/2023, 05:33 WIB
Rizki Alfian Restiawan,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

SITUBONDO, KOMPAS.com - Seorang anak di Situbondo, Jawa Timur bernama Nofiandari Safira (26) menggugat ayah kandungnya sendiri, Bambang Purwadi.

Warga Kampung Sak-sak, Desa Lamongan, Kecamatan Arjasa, Situnondo tersebut menggugat sang ayah lantaran takut harta warisan jatuh ke tangan istri siri yang dinikahi ayahnya pada November 2022.

Baca juga: Rumah Warga di Situbondo Tertimpa Batu Besar Usai Hujan Deras

Adapun ibu kandung Nofiandari telah meninggal pada Juli 2021.

4 objek gugatan

Kuasa Hukum Bambang Purwadi, Ide Prima menjelaskan, ada empat harta warisan yang menjadi objek gugatan. Yaitu dua bidang rumah di Perumahan Paowan Indah, Blok-C Nomor 7 dan Blok-C Nomor 8.

Kemudian uang tunai di Bank Mandiri dan Koperasi Raung senilai kurang lebih Rp 157 juta.

"Gugatan Nofiandari itu dilayangkan ke Pengadilan Agama (PA) Kabupaten Situbondo. Sidang perdana digelar pada hari Selasa (31/1/2023), dengan agenda mediasi," ungkap Ide Prima, Kamis (2/2/2023).

Baca juga: 3 Warga di Situbondo Diserang Seekor Monyet, 1 Luka Berat, 2 Luka Ringan

Menurutnya, upaya penyelesaian secara kekeluargaan tidak berhasil. Kedua belah pihak sama-sama ingin melanjutkan proses sidang berikutnya.

"Meski sudah dimediasi, akan tetapi tidak ada kesepakatan. Sehingga meditasinya itu gagal," jelasnya.

Ide Prima mengatakan, kliennya keberatan dengan gugatan tersebut lantaran masih dalam kondisi hidup.

Baca juga: Deretan Rumah Murah di Situbondo, Serba Rp 150 Jutaan (I)

"Kalau ayahnya ini sudah meninggal, silakan diambil karena itu hak anak. Lha ini masih hidup," ujar Ide.

Takut warisan jatuh ke tangan istri siri

Menurutnya, Nofiandari terlalu ketakutan jika harta warisan hasil kerja keras ayah dan peninggalan ibu kandungnya tersebut jatuh ke tangan istri siri ayahnya, Anik Indrawati.

"Itu sempat dimunculkan tadi waktu mediasi. Ini masalah kemanusiaan, saya berharap bisa diselesaikan dengan kekeluargaan," ucap Ide.

Dengan adanya gugatan tersebut, kata Ide, hati Bambang sebagai ayah merasa terluka.

"Ini yang tidak diinginkan oleh kliennya saya. Bapak ini mengira dengan adanya gugatan tersebut dikira mengusirnya dari rumah itu. Padahal ini masih gugatan pembagian warisan," terang Ide.

Sebagai kuasa hukum, Ide menekankan bahwa gugatan tersebut tidak secara otomatis memberikan warisan kepada Noviandari.

"Karena ada pembagian harta bersama dulu. Kemudian warisannya itu baru dibagi. Jadi tidak semua ya, tapi itu masuk dalam pokok perkara," ucapnya.

Baca juga: Nelayan di Situbondo Tewas Usai Leher Tertusuk Moncong Ikan Marlin

Kekecewaan sang ayah

Bambang Purwadi mengaku tidak menyangka Nofiandari yang merupakan anak kandungnya tega melakukan hal tersebut.

"Saya kecewa dan sakit hati karena perlakuan anak saya. Dia tidak sabar menanti. Kalau menunggu meninggalnya saya kan dia satu-satunya pewaris semua ini," tuturnya.

Bambang mengaku jika dirinya pernah didatangi Nofiandari di rumahnya. Nofi datang ke rumah bapaknya itu untuk menanyakan warisan.

Baca juga: Banjir Rob di Situbondo, Kendaraan yang Hendak ke Bali Sempat Tersendat

"Tapi yang ditanyakan masalah hak waris. Tidak nanya apa saya lapar, kenyang, sakit itu tidak nanya. Apa tidak sakit hati saya bila digitukan," ucap Bambang.

Sementara itu Kuasa Hukum Nofiandari, Didik mengklaim, sudah ada mediasi antara Bambang Purwadi dan Noviandari terkait pembagian warisan tersebut.

Dia mengaku pihak Bambang yang melakukan penolakan.

"Sudah berkali-kali mediasi ke desa dan notaris, tetapi si bapak ini yang tidak mau," tandas Didik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com