Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemeriahan Pesta Rakyat di Peringatan Hari Jadi Ke-767 Lumajang

Kompas.com, 16 Desember 2022, 20:34 WIB
Miftahul Huda,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Alun-alun Lumajang terlihat berbeda pada Kamis (15/12/2022) pagi. Tak ada orang lalu lalang berangkat kerja atau mengantar anak sekolah.

Sejauh mata memandang, terlihat ribuan warga yang antusias menunggu prosesi puncak Peringatan Hari Jadi ke-767 Lumajang (Harjalu).

Sejumlah stan di bazar menjual bermacam-macam produk berjejer rapi di sisi selatan alun-alun. Mereka menjajakan makanan berat khas Lumajang seperti nasi kelor, hingga makan ringan yang berbahan dasar pisang.

Sekitar pukul 08.00 WIB, semua mata tertuju ke sisi barat alun-alun saat rombongan Bupati dan Wakil Bupati Lumajang diarak menyusuri jalan sekitar alun-alun.

Di barisan depan terlihat rombongan dengan pakaian kerajaan yang terdiri dari satu prajurit pembawa lontar, seorang prajurit pembawa pusaka, seorang resi, empat penggawa kerajaan, dua nararya kirana, dua putri pembawa kembar mayang, Raja Whisnuwardhana, dan empat penggawa kerajaan.

Lalu, rombongan Forkopimda bersama pasukan nararya kirana dan dua putri pembawa kembar mayang ikut dalam iring-iringan itu. Mereka berjalan dari Pendopo Arya Wiraraja menuju alun-alun sebelah utara.

Baca juga: Banjir Lahar Disertai Letusan Sekunder di Lereng Semeru, Jalur Lumajang-Malang Putus

Mereka diikuti pasukan pengawal yang terdiri dari dua prajurit pembawa penjor, enam prajurit pataka, enam prajurit tombak, dan 10 prajurit berpedang.

Penampilan Bupati Lumajang Thoriqul Haq dan Wakil Bupati Indah Amperawati juga berbeda. Mereka memakai pakaian khas Lumajang berwarna hitam.

Tidak sedikit warga menerobos barikade Satuan Polisi Pamong Praja yang mengamankan di pinggir jalan. Mereka berebut untuk berfoto ria bersama dua pemimpin tertinggi Lumajang.

Elegan, tampilan baju khas Lumajangan yang sudah ada sejak tahun 1910 masehiKOMPAS.com/Miftahul Huda Elegan, tampilan baju khas Lumajangan yang sudah ada sejak tahun 1910 masehi
Prosesi upacara peringatan Hari Jadi Lumajang dibuka dengan tampilan sejarah penyematan Nararya Kirana sebagai pemimpin pertama di kawasan yang dulu dikenal dengan nama Lamajang oleh Raja Singhasari Prabu Wisnuwardhana.

Usai penyematan, tampak empat buah gunungan hasil bumi setinggi 1,5 meter memasuki lapangan alun-alun. Sorak sorai warga menggema hingga ke sudut kota melihat gunungan itu.

Belum sampai komando dibunyikan, puluhan ribu warga sudah menyerbu ke tengah lapangan mencoba membawa pulang sebanyak mungkin produk pertanian asli dari tangan petani Lumajang.


Meski berdesakan, warga tampak senang berebut bermacam-macam bahan makanan hasil bumi seperti pisang, duren, kelapa, kacang panjang, terong, pakis, tomat, jagung dan lain sebagainya.

"Ini yang paling ditunggu, walaupun rebutan dan dorong-dorongan tetap senang, tadi saya dapat kelapa satu janjang," kata Rena, salah satu pengunjung.

Halaman:


Terkini Lainnya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau