Salin Artikel

Kemeriahan Pesta Rakyat di Peringatan Hari Jadi Ke-767 Lumajang

Sejauh mata memandang, terlihat ribuan warga yang antusias menunggu prosesi puncak Peringatan Hari Jadi ke-767 Lumajang (Harjalu).

Sejumlah stan di bazar menjual bermacam-macam produk berjejer rapi di sisi selatan alun-alun. Mereka menjajakan makanan berat khas Lumajang seperti nasi kelor, hingga makan ringan yang berbahan dasar pisang.

Sekitar pukul 08.00 WIB, semua mata tertuju ke sisi barat alun-alun saat rombongan Bupati dan Wakil Bupati Lumajang diarak menyusuri jalan sekitar alun-alun.

Di barisan depan terlihat rombongan dengan pakaian kerajaan yang terdiri dari satu prajurit pembawa lontar, seorang prajurit pembawa pusaka, seorang resi, empat penggawa kerajaan, dua nararya kirana, dua putri pembawa kembar mayang, Raja Whisnuwardhana, dan empat penggawa kerajaan.

Lalu, rombongan Forkopimda bersama pasukan nararya kirana dan dua putri pembawa kembar mayang ikut dalam iring-iringan itu. Mereka berjalan dari Pendopo Arya Wiraraja menuju alun-alun sebelah utara.

Mereka diikuti pasukan pengawal yang terdiri dari dua prajurit pembawa penjor, enam prajurit pataka, enam prajurit tombak, dan 10 prajurit berpedang.

Penampilan Bupati Lumajang Thoriqul Haq dan Wakil Bupati Indah Amperawati juga berbeda. Mereka memakai pakaian khas Lumajang berwarna hitam.

Tidak sedikit warga menerobos barikade Satuan Polisi Pamong Praja yang mengamankan di pinggir jalan. Mereka berebut untuk berfoto ria bersama dua pemimpin tertinggi Lumajang.

Usai penyematan, tampak empat buah gunungan hasil bumi setinggi 1,5 meter memasuki lapangan alun-alun. Sorak sorai warga menggema hingga ke sudut kota melihat gunungan itu.

Belum sampai komando dibunyikan, puluhan ribu warga sudah menyerbu ke tengah lapangan mencoba membawa pulang sebanyak mungkin produk pertanian asli dari tangan petani Lumajang.

"Ini yang paling ditunggu, walaupun rebutan dan dorong-dorongan tetap senang, tadi saya dapat kelapa satu janjang," kata Rena, salah satu pengunjung.

Tari Topeng Kaliwungu tampak lebih istimewa dengan hadirnya sang maestro tari internasional Didik Nini Thowok yang memandu langsung ratusan penari asli Kabupaten Lumajang.

Tari Topeng Kaliwungu sendiri merupakan warisan budaya tak benda asli Kabupaten Lumajang yang terus dipamerkan dalam setiap acara pemerintah agar warisan budaya itu tetap eksis.

"Tari Topeng Kaliwungu ini adalah warisan budaya tak benda yang dimiliki Lumajang, ini akan terus kita lestarikan," kata Thoriq di Alun-alun Lumajang.

Didik Nini Thowok sang Maestro Tari Internasional mengatakan, sebelum datang ke Lumajang, dirinya sudah mempelajari tentang Topeng Kaliwungu dari kajian-kajian akademis.

Menurutnya, Topeng Kaliwungu punya ciri khas tersendiri dengan percampuran budaya Madura dan Jawa yang luar biasa.

"Kaliwungu punya ciri khas sendiri ya pengaruh Pandhalungan, campuran Madura dan Jawa, ini bukti seniman kita luar biasa karena bisa menerima percampuran budaya lain tanpa menghilangkan ciri khas akar budayanya," kata Nini.

Tidak lengkap rasanya jika Tari Topeng Kaliwungu tidak diikuti oleh maskot kota pisang yakni Jaran Kencak. Puluhan jaran kencak dengan aksesoris lengkap juga dihadirkan ke Alun-alun Lumajang dan diarak bersama ribuan warga ke sejumlah titik jalan Protokol.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/12/16/203457778/kemeriahan-pesta-rakyat-di-peringatan-hari-jadi-ke-767-lumajang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke