Saat itu, getaran banjir yang terekam seismograf sampai amplitudo 25 mm. Sehingga, jika Candra memaksakan diri melintas, bisa dipastikan akan terseret oleh banjir lahar.
Melihat Candra sudah berhenti, Imam dan puluhan relawan lainnya dengan bantuan senter mencoba mengarahkan Candra untuk berteduh di sebuah warung yang ada di tengah sungai Besuk Lanang dan Besuk Wedok, tempatnya berdiri.
Lebih dari dua jam, Candra terisolir dan tidak bisa ke mana-mana sampai banjir surut. Saat itu juga ada hujan abu yang turun.
Baca juga: Gunung Semeru Erupsi 18 Kali Hari Ini, Keluarkan Kolom Asap hingga 700 Meter
Tapi, hujan abu itu dipastikan bukan berasal dari luncuran Awan Panas Guguran (APG). Melainkan, adanya letusan sekunder.
Untuk diketahui, letusan sekunder adalah endapan lava bekas erupsi yang berada di lereng gunung sepanjang besuk kobokan mengalami letusan. Biasanya, hal ini dipicu oleh adanya air yang mengenai endapan panas.
"Memang ada hujan abu, tapi itu bukan APG, itu letusan sekunder, supaya masyarakat tidak salah paham," tambahnya.
Pukul 00.00 WIB, banjir sudah mulai surut. Rekaman seismograf sudah menunjukkan getaran beramplitudo 15 mm. Saat itu, enam orang relawan memberanikan diri melintasi sungai dan mengevakuasi Candra.
Awalnya, Candra ingin dievakuasi bersama dengan motornya, namun karena kondisi tidak memungkinkan, maka hanya Candra yang dievakuasi.
Sedangkan motor miliknya ditinggalkan di tengah sungai dan baru bisa diambil pagi tadi.
"Awalnya enggak mau dia maunya sama motornya juga, setelah saya lihat ternyata orang sini langsung saya bilang sudah nanti pagi diambil yang penting kamu selamat," terang Imam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.