Namun, yang kelopaknya ada tujuh hanya ada satu sepanjang sejarah tumbuhnya raflesia di Taman Nasional Meru Betiri.
"Dari dulu sampai sekarang baru ini ada raflesia kelopaknya tujuh," terang Alfian.
Raflesia merupakan tumbuhan dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI nomor P.106/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2018/ dan IUCN red list dengan status konservasi terancam punah.
"Terdapat 33 spesies Raflesia di dunia, 13 diantaranya di Indonesia. Dari jumlah itu beberapa diantaranya ada di TNMB," tutur Alfian.
Baca juga: Taman Nasional Meru Betiri: Lokasi, Flora dan Fauna, hingga Tempat Wisata di Dalamnya
Populasi bunga raflesia di TN Meru Betiri mulai menurun sejak bencana gelombang tsunami menerjang kawasan tersebut pada 1998 silam.
"Sejak saat itu populasinya menurun dan mulai langka," ujarnya.
Menurut catatan TN Meru Betiri, bunga raflesia ditemukan pertama kali oleh pendiri Perkumpulan Perlindungan Alam Hindia Belanda Sijfert Hendrik Koorders pada 1902 di wilayah Kecamatan Puger, Jember.
Saat ini, bunga ini hanya dapat dijumpai di kawasan hutan konservasi Meru Betiri.
Bunga ini hanya dapat tumbuh pada akar dan batang liana Tetrastigma lanceolarium dan Tetrastigma papillosum yang berfungsi sebagai inangnya.
Baca juga: Mayat Pemuda Ditemukan di Pantai Larangan Banyuwangi
Bunga itu terbilang tumbuhan yang unik karena tidak mempunyai akar, batang, dan daun. Satu-satunya ciri tumbuhan yang dimiliki adalah bunga yang menempel pada akar atau batang inangnya.
Tumbuhan ini tergolong holoparasit, bunga merupakan satu-satunya organ tumbuhan yang dapat dilihat oleh mata biasa.
Alfian berharap agar warga sekitar hutan ikut menjaga bunga langka yang ada di kawasan TN Meru Betiri itu. Sehingga, populasi bunga berbau busuk itu tetap terpelihara dan tidak punah.
"Warga boleh melihat karena ini merupakan daya tarik wisata selain penangkaran penyu di TN Meru Betiri. Tapi tetap harus menjaga kelestariannya," tutup Alfian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.