Dia mengatakan kepiawaian pejuang Indonesia dapat membuat senjata, tidak lepas karena peran Jepang yang melatih masyarakat Indonesia menjadi PETA atau Pejuang Tanah Air.
"Tahun 1942 datang Jepang yang membentuk PETA, itu tentara dari Indonesia, kemudian mereka belajar menggunakan senjata, termasuk Supriadi tentara PETA yang belajar sehingga terjadi pemberontak Peta di Blitar, beliau dari tahun 42-45 belajar senjata," katanya.
Terpisah, pemerhati sejarah, Agung H Buana mengungkapkan, di wilayah Malang pada masa perjuangan kemerdekaan terdapat beragam sekolah seperti sekolah negeri, swasta, agama dan kejuruan teknik.
Kemudian, memasuki penjajahan Jepang, para pelajar lebih banyak menghabiskan waktu dengan latihan kemiliteran.
Baca juga: Hari Pahlawan, Bendera Raksasa 3.219 Meter Dibentangkan di Jembatan Suramadu
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pasukan Sekutu yang diboncengi oleh pasukan Belanda kembali masuk ke wilayah Indonesia dan berusaha menjajah kembali.
"Anak-anak sekolah ini terpanggil jiwanya dan ikut berjuang bertempur mempertahankan kemerdekaan. Untuk anak-anak sekolah umum tergabung dalam Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP). Sedangkan anak-anak sekolah kejuruan teknik, tergabung dalam TGP (Tentara Genie Pelajar)," katanya.
Menurutnya, pejuang saat itu kesulitan mencari bahan baku. TGP memikirkan cara kreatif dengan membuat senjata dari bahan seadanya.
"Jadi, yang paling mudah adalah membuat mitraliur (senjata) dan mortir dari tiang listrik, tiang telepon yang dipotong," katanya.
Baca juga: Hari Pahlawan di Banyuwangi Diperingati dengan Tabur Bunga di Selat Bali
Agung Buana mengatakan, ketahanan senjata yang terbuat dari bahan baku seadanya itu tidak sekuat senjata yang digunakan oleh pasukan Sekutu.
"Memang ketahanannya tidak sekuat senjata yang dipakai pasukan sekutu. Tetapi dengan senjata buatan anak-anak TGP itu, ikut membantu pejuang dalam pertempuran mempertahankan kemerdekaan Indonesia," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.