Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menemukan dugaan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh oknum aparat di lapangan saat terjadinya tragedi Kanjuruhan.
Tindakan tersebut berupa tendangan kungfu aparat pada Aremania.
"Beberapa informasi yang memiliki kedekatan kepada satu fakta. Yang pertama, kekerasan memang terjadi dari video beredar, ditendang, kena kungfu di lapangan, semua orang bisa melihat itu," kata Komisioner Penyelidikan atau Pemantauan Komnas HAM Choirul Anam.
Choirul juga menemukan adanya indikasi penggunaan kewenangan berlebihan dari aparat keamanan.
Baca juga: Kisah Mereka yang Pulang dari Stadion Kanjuruhan Malang...
"Dalam konteks itu, apakah ada dugaan pelanggaran HAM, pasti ada, minimal soal kekerasan, penggunaan kewenangan berlebihan. Kita akan cek sampai level mana, masa orang berjalan di lapangan terus ditendang model begitu," kata dia.
Menanggapi hal tersebut, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa berjanji akan mengusut jika prajuritnya melakukan tindakan berlebihan pada suporter.
Dia pun meminta warga mengirimkan video dugaan aksi anarkistis prajurit kepadanya.
"(Kirim video) Ke Puspen boleh, ke saya boleh," kata Andika.
Dinas Kabupaten Malang merilis, jumlah korban jiwa tragedi Kanjuruhan bertambah menjadi 131 orang hingga Selasa (4/10/2022).
Artinya, ada penambahan enam korban dari data sebelumnya yang berjumlah 125 orang korban jiwa.
"Sebelumnya enam korban ini tidak terdata karena langsung dievakuasi oleh keluarga secara mandiri ke rumah duka," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Wiyanto Wijoyo.
Baca juga: Sederet Aksi Solidaritas dan Doa Bagi Korban Tregedi Kanjuruhan Malang
Tragedi Kanjuruhan terjadi usai laga pertandingan antara Arema FC dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022).
Sesaat setelah wasit meniup peluit tanda pertandingan berakhir sekitar pukul 22.00 WIB, ribuan suporter masuk ke lapangan.
Aparat lantas menembakkan gas air mata ke arah tribune penonton.
Ribuan orang akhirnya berhamburan, berdesak-desakan keluar hingga terinjak-injak. Sebanyak 131 nyawa melayang saat tragedi terkelam dalam sejarah sepak bola Indonesia itu terjadi.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Imron Hakiki, Nugraha | Editor: Andi Hartik, Dheri Agriesta, Krisiandi, Pythag Kurniati), Antara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.