Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Terlibat Kecelakaan di Tol Jombang, Menteri Pertanian Buka Acara Rembug Utama KTNA di Kota Batu

Kompas.com, 16 September 2022, 17:20 WIB
Nugraha Perdana,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

BATU, KOMPAS.com - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam kondisi baik, usai terlibat kecelakaan beruntun di Tol Jombang, Jawa Timur pada Kamis (15/9/2022).

Mentan bahkan telah membuka kegiatan Rembug Utama Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan Nasional (KTNA) di Kota Batu, Jawa Timur. Kegiatan itu digelar di Balai Kota Among Tani pada Jumat (16/9/2022).

Baca juga: Hilang 5 Hari karena Dicuri, Mobil di Malang Ditemukan Terbakar

Kegiatan itu diikuti sekitar 1.500 petani dan nelayan dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, ada 54 stan yang menampilkan hasil komoditi pertanian masing-masing daerah.

Dalam kegiatan itu, KTNA juga memberikan tanda kehormatan kepada Mentan berupa pin emas lencana utama Adi Bakti Tani.

Mentan mengatakan, rembug KTNA penting untuk merencanakan strategi dalam menghadapi kondisi pertanian Indonesia ke depan.

Baca juga: Kabel Semrawut di Kota Malang, Wali Kota Ancam Potong Milik Provider Nakal

Dia berharap KTNA bisa menjadi menjadi bagian dari perjuangan pertanian di Indonesia.

"Ini bukan rembug biasa, ini penting sangat strategis. Bagaimana menghadapi kondisi yang tidak menentu ke depan. Setelah kegiatan ini, ketika pulang harus membawa semangat, jangan oleh-oleh saja," kata SYL dalam sambutannya.

Baca juga: Mobil yang Dinaiki Menteri Pertanian Terlibat Tabrakan Beruntun di Tol Jombang


Dia mengatakan kondisi produksi pangan nasional diprediksi aman pada tahun 2022 ini.

Namun, menurutnya Indonesia tidak boleh terlalu percaya diri dan harus siap menghadapi kondisi apa pun pada tahun 2023 mendatang.

Mentan mengingatkan dampak dari adanya perang antara Rusia dan Ukraina mengakibatkan harga pupuk jadi mahal.

"Karena sumber fosfat, kalium ada di sana," katanya.

Baca juga: Prakiraan Cuaca di Malang Hari Ini, 16 September 2022: Pagi dan Sore Cerah Berawan

Namun, dia yakin bahwa kondisi pertanian di Indonesia kuat dengan tanah yang subur dan sinar matahari.

Kondisi pertanian yang baik dibuktikan dengan Indonesia selama tiga tahun sudah tidak pernah melakukan impor beras.

Mentan bahkan menargetkan pada tahun 2023, Indonesia bisa melakukan swasembada jagung.

"Tiga tahun kita tidak impor bagus, 2020 over stok, kita sekarang juga over stok, kita telah swasembada beras, tahun depan kita jagung harus swasembada juga, kenapa harus impor kalau memang bisa," katanya.

Baca juga: KA BBM Pertamina Anjlok di Jembatan Brantas Kota Malang

Namun, diakuinya untuk komoditi bahan pokok lainnya, Indonesia masih melakukan impor.

Sehingga Mentan berharap melalui KTNA bisa membantu Indonesia dalam mewujudkan swasembada pangan.

Dia berharap tidak ada pihak-pihak yang nakal melakukan impor ketika Indonesia panen komoditi pangan.

"Ketika panen jangan impor paling murah, impor memang tidak haram, karena kita ekspor juga ke luar negeri. Tapi sepanjang kita bisa berbuat, kenapa tidak, apapun yang substitusi impor, KTNA bisa berbuat," katanya.

Terkait pengendalian Inflasi, dia meminta setiap daerah melakukan jaringan dan pemetaan kondisi pertanian yang ada untuk mendukung satu sama lain.

"Daerah-daerah yang merah katakanlah menyikapi inflasi harus terpetakan dan daerah surplus harus terpetakan. Dengan demikian, network ini mereka bisa atur sehingga ekosistem dari sistem logistik pangan kita perbaiki ke depan," katanya.

Di sisi lain, Ketua KTNA Yadi Sofyan Noor mengatakan pemberian tanda kehormatan kepada Syahrul Yasin Limpo karena sosoknya dinilai memiliki pengabdian dan kesetiaan dalam membina petani.

Kemudian memotivasi semangat dan tanggung jawab serta kemandirian petani dalam meningkatkan sumber daya manusia.

Menurut Yadi, Syahrul juga memiliki komitmen dalam membangun sistem usaha agribisnis dan pemberdayaan petani milenial.

"Dukungan fasilitas prasarana dan sarana pertanian yang diberikan Mentan juga mampu mempercepat dan meningkatkan produksi pangan sehingga tercapainya swasembada beras," katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau