Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Hilangnya Nyawa Santri Pondok Gontor...

Kompas.com - 13/09/2022, 16:00 WIB
Pythag Kurniati

Editor

PONOROGO, KOMPAS.com- Impian memperbaiki sistem pondok pesantren, menjadi hal yang selalu diutarakan oleh AM (17) kepada sang ibu, sebelum santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) tersebut meninggal dunia.

Baca juga: Polisi Tetapkan 2 Tersangka Terkait Tewasnya Santri Pondok Gontor

Belakangan setelah kematian AM di tangan seniornya, sang ibu menyadari perkataan putranya.

"Rupanya dengan meninggalnya almarhum baru saya bisa mengerti maksud celotehan tersebut adalah untuk memperbaiki sistem agar tidak terjadi tindakan kekerasan di lembaga pendidikan mana pun dan pengalihan pengasuhan, pengawasan kepada senioritas," kata ibu AM, Soimah, Sabtu (10/9/2022).

Baca juga: Polisi Selidiki Alasan Ponpes Gontor Baru Laporkan Kematian Santri AM 2 Pekan Usai Kejadian

Tewas di tangan senior

PONDOK GONTOR—Inilah pintu masuk Pondok Gontor 1 yang berada di Desa Gontor, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. KOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI PONDOK GONTOR—Inilah pintu masuk Pondok Gontor 1 yang berada di Desa Gontor, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

AM, santri Pondok Gontor asal Palembang, Sumatra Barat tewas di tangan dua seniornya.

Mereka adalah MFA (18), asal Tanah Datar, Sumatra Barat dan IH (17) asal Pangkal Pinang, Bangka Belitung.

Keduanya kini telah ditetapkan sebagai tersangka dan dikeluarkan dari lingkungan pondok pesantren.

"Penyidikan telah mengumpulkan alat bukti dan menetapkan dua tersangka dengan inisial MF dan IH," ungkap Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta di Mapolres Ponorogo, Senin (12/9/2022).

Baca juga: Fakta Baru Kasus Tewasnya Santri Gontor, 2 Senior Jadi Tersangka, Korban Dianiaya karena Perlengkapan Kemah Hilang dan Rusak

Namun kasus dugaan kekerasan tersebut baru dilaporkan oleh Pondok Gontor ke polisi pada 5 September 2022.

Padahal penganiayaan terjadi dua minggu sebelumnya atau pada 22 Agustus 2022.

“Kejadian tanggal 22 Agustus kemudian dilaporkan tanggal 5 September. Ada jarak kurang lebih dua minggu. Terkait kejadian ini dilaporkan tidak kepada pihak berwajib. Kami akan mendalami dari tanggal 22 Agustus sampai 5 September dengan pelaporan pihak pesantren ke kepolisian, kami akan mendalami,” kata Nico.

 

Dada ditendang usai alat kemah hilang

Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono Wibowo menjelaskan, peristiwa bermula dari adanya kegiatan perkemahan Kamis Jumat (Perkajum) yakni Kamis (11/8/2022) dan Jumat (12/8/2022).

Acara perkemahan itu dilaksanakan di Desa Campursari, Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Kegiatan perkemahan lalu berlanjut pada Kamis dan Jumat berikutnya yakni tanggal 18-19 Agustus 2022.

Kemah kali kedua tersebut dilakukan di Desa Wulangan, Kecamatan Sambit.

Baca juga: Polisi Dalami Dugaan Obstruction of Justice dalam Kasus Kematian Santri Gontor

Foto AM (17) Santri pondosok pesantren Gontor yang diduga tewas akibat dianiaya sat semasa hidup.DOK. KELUARGA Foto AM (17) Santri pondosok pesantren Gontor yang diduga tewas akibat dianiaya sat semasa hidup.

Adapun saat itu AM mengikuti perkemahan bersama dua rekannya yang bernisial RM dan NS.

"Selanjutnya pada hari Sabtu tanggal 20 Agustus 2022, pengembalian dan pengecekan perlengkapan," kata Catur.

Dalam hal ini dua senior yang menjadi tersangka, MF berperan sebagai Ketua I Perlengkapan. Sedangkan IH menjadi Ketua II Perlengkapan.

Mereka memanggil korban AM dan dua rekannya untuk menghadap pada Senin (22/8/2022) pukul 06.00 WIB di ruang ankuperkap gedung 17 Agustus lantai 3 Ponpes Gontor.

Baca juga: Ucapan Santri Gontor Sebelum Tewas pada Sang Ibu, Sebut Ingin Perbaiki Sistem di Ponpes

Dua tersangka yang merupakan senior korban menghukum AM dan dua rekannya karena ada barang kemah yang hilang dan rusak.

Tersangka MF menendang bagian dada AM.

"Tersangka IH memukul dengan menggunakan patahan tongkat Pramuka ke bagian kaki dan melakukan pukulan tangan kosong ke bagian dada," kata Catur.

Baca juga: Curahan Hati Putra Soimah Sebelum Tewas Diduga Dianiaya Senior di Ponpes Gontor

Dibawa dengan becak

BECAK—Kapolres Ponorogo, AKBP Catur Cahyono Wibowo menunjukkan becak yang menjadi sarana mengangkut korban dari lokasi kejadian ke rumah sakit. Becak itu menjadi salah satu barang bukti yang disita polisi dari lokasi kejadian di Pondok Gontor I Ponorogo.KOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI BECAK—Kapolres Ponorogo, AKBP Catur Cahyono Wibowo menunjukkan becak yang menjadi sarana mengangkut korban dari lokasi kejadian ke rumah sakit. Becak itu menjadi salah satu barang bukti yang disita polisi dari lokasi kejadian di Pondok Gontor I Ponorogo.

Sekitar 45 menit setelah pemanggilan dan penganiayaan tersebut, AM ambruk tak sadarkan diri.

Dua rekan korban dan tersangka MF lalu membawa AM menggunakan becak inventaris pondok menuju IGD RS Yasyfin Pondok Gontor.

AM dinyatakan telah meninggal dunia usai dilakukan pemeriksaan.

“Sekira pukul 10.00 WIB, pihak pondok memberi kabar kepada keluarga korban bahwa AM telah meninggal dunia. Kemudian sekitar pukul 14.00 WIB pihak pondok mengantarkan jenazah melalui jalur darat untuk diserahkan ke keluarga di Kota Palembang Sumatra Selatan,” tutur Catur.

 

Soimah bersama suaminya Rusdi melakukan ziarah makam AM (17) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sungai Selayur, Kecamatan Kalidoni, Palembang, Sumatera Selatan. AM yang merupakan santri pondok pesantren Gontor diduga tewas lantaran mengalami kekerasan.DOK. KELUARGA Soimah bersama suaminya Rusdi melakukan ziarah makam AM (17) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sungai Selayur, Kecamatan Kalidoni, Palembang, Sumatera Selatan. AM yang merupakan santri pondok pesantren Gontor diduga tewas lantaran mengalami kekerasan.
Sempat dikatakan kelelahan

Jasad AM diterima oleh keluarganya. Soimah, ibu korban mengatakan putranya mulanya disebut meninggal karena kelelahan oleh orang yang mengaku sebagai perwakilan Pondok Gontor.

Namun saat membuka peti jenazah AM, Soimah tak percaya anaknya meninggal karena kelelahan.

"Sungguh sebagai ibu saya tidak kuat melihat kondisi mayat anak saya demikian, begitu juga dengan keluarga. Amarah tak terbendung kenapa laporan yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang diterima," kata Soimah dalam surat terbuka saat itu, yang telah dikonfirmasi oleh Kompas.com, Senin (5/9/2022).

Soimah pun sempat menyampaikan curahan hatinya pada Hotman Paris hingga videonya viral di media sosial.

Baca juga: Polisi Selidiki Alasan Ponpes Gontor Baru Laporkan Kematian Santri AM 2 Pekan Usai Kejadian

Penjelasan Pondok Gontor

Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) akhirnya memberikan pernyataan resmi mengenai kematian santri berinisial AM pada Senin (5/9/2022) setelah kasus tersebut viral.

Juru Bicara PMDG Ponorogo Noor Syahid mengaku meminta maaf sekaligus mengungkapkan rasa dukacita.

“Kami sangat menyesalkan terjadinya peristiwa yang berujung pada wafatnya almarhum. Dan sebagai pondok pesantren yang concern terhadap pendidikan karakter anak, tentu kita semua berharap agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari,” kata Noor Syahid.

Baca juga: Soal Kasus Penganiayaan Santri Pondok Gontor, Polisi Dalami Dugaan Keterlibatan Pihak Lain

PMDG juga meminta maaf pada orangtua dan keluarga korban, apabila proses pengantaran jenazah dianggap tak jelas dan tak terbuka.

Pondok Gontor mengklaim telah mengeluarkan santri yang terlibat penganiayaan.

“Pada prinsipnya kami, Pondok Modem Darussalam Gontor, tidak memberikan toleransi segala aksi kekerasan di dalam lingkungan pesantren, apa pun bentuknya, termasuk dalam kasus almarhum AM ini,” jelas Noor Syahid.

Pimpinan Pondok Gontor M. Akrim Mariyat dan rombongan pun sempat berziarah ke makam AM di TPU Sungai Selayur, Kalidoni, Palembang, Jumat (9/9/2022).

Baca juga: Tersangka Kasus Kematian Santri Ponpes Gontor Bisa Bertambah, Ini Kata Kapolda Jatim

Adapun mengenai laporan yang dilayangkan dua minggu setelah tewasnya AM, manajemen berdalih saat calon santri masuk, orangtua menandatangi kesepakatan menyerahkan anak pada Pondok Gontor dengan sejumlah kesanggupan.

“Intinya kalau dari awal tidak lapor itu, berawal dari ketika orangtua mencalonkan anaknya untuk menjadi siswa Gontor. Maka orangtua sudah menandatangani, menyerahkan anak kepada pihak Gontor dengan kesanggupan-kesanggupan. Antara lain untuk sanggup tidak memperkarakan apa yang terjadi kepada polisi,” kata Noor Syahid.

Menurut Noor, kesepakatan itu bukan berarti karena PMDG tidak bersedia memproses hukum kasus tersebut.

“Ini harus dipahami. Bukan karena Gontor tidak mau proses hukum tidak. Tetapi secara lembaga Gontor tidak mengajarkan dan mentolerir tindakan kejatahan atau bullying dalam bentuk apa pun dan sekecil apa pun. Jangan sampai lembaga dianggap mengajarkan kekerasan,” jelas Noor.

Menurutnya kejahatan penganiayaan dilakukan oleh oknum dan menjadi urusan individu.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Palembang, Aji YK Putra, Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi | Editor: Krisiandi, David Oliver Purba, Pythag Kurniati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Upaya Gadis asal Gresik Perjuangkan Indonesia dan ASEAN Bebas Sampah Plastik

Upaya Gadis asal Gresik Perjuangkan Indonesia dan ASEAN Bebas Sampah Plastik

Surabaya
Pengakuan Adik Via Vallen soal Penggelapan Sepeda Motor

Pengakuan Adik Via Vallen soal Penggelapan Sepeda Motor

Surabaya
Remaja di Tuban Gemar Lecehkan Payudara di Jalanan untuk Fantasi Seks

Remaja di Tuban Gemar Lecehkan Payudara di Jalanan untuk Fantasi Seks

Surabaya
Perempuan di Surabaya Tertabrak Kereta Usai Kunjungi Tetangga

Perempuan di Surabaya Tertabrak Kereta Usai Kunjungi Tetangga

Surabaya
Teten Masduki Dorong PLUT di Seluruh Indonesia Lebih Produktif

Teten Masduki Dorong PLUT di Seluruh Indonesia Lebih Produktif

Surabaya
Sepeda Motor Korban Tawuran hingga Tewas di Surabaya Hilang

Sepeda Motor Korban Tawuran hingga Tewas di Surabaya Hilang

Surabaya
Kecelakaan Lalu Lintas, Pengendara Motor di Bojonegoro Tewas Tertimpa Truk Boks

Kecelakaan Lalu Lintas, Pengendara Motor di Bojonegoro Tewas Tertimpa Truk Boks

Surabaya
Pengusaha Warung Madura Protes Imbauan Kemenkop-UKM soal Jam Operasional: Jangan Matikan Usaha Kami

Pengusaha Warung Madura Protes Imbauan Kemenkop-UKM soal Jam Operasional: Jangan Matikan Usaha Kami

Surabaya
Aksi Pengeroyokan Terjadi di Kota Malang, Motifnya Tak Jelas

Aksi Pengeroyokan Terjadi di Kota Malang, Motifnya Tak Jelas

Surabaya
Nenek di Bojonegoro Ditemukan Meninggal, Anjing Peliharaannya Setia Menjaga

Nenek di Bojonegoro Ditemukan Meninggal, Anjing Peliharaannya Setia Menjaga

Surabaya
Polemik Imbauan Jam Operasional Warung Madura, Sosiolog Universitas Trunojoyo: Tidak Adil

Polemik Imbauan Jam Operasional Warung Madura, Sosiolog Universitas Trunojoyo: Tidak Adil

Surabaya
Mahasiswa di Kota Malang Curi Laptop dan HP Milik Teman Kontrakannya

Mahasiswa di Kota Malang Curi Laptop dan HP Milik Teman Kontrakannya

Surabaya
Gembiranya Warga Tulungagung Usai Timnas Menang dari Korsel, Ceburkan Diri ke Kolam

Gembiranya Warga Tulungagung Usai Timnas Menang dari Korsel, Ceburkan Diri ke Kolam

Surabaya
Cerita Penghulu di Lumajang Seberangi Banjir Lahar Semeru demi Nikahkan Warga: Saya Doa Terus

Cerita Penghulu di Lumajang Seberangi Banjir Lahar Semeru demi Nikahkan Warga: Saya Doa Terus

Surabaya
Cekcok Urusan Cucu dan Arisan, Kakek 64 Tahun di Tuban Bunuh Istrinya lalu Coba Akhiri Hidup

Cekcok Urusan Cucu dan Arisan, Kakek 64 Tahun di Tuban Bunuh Istrinya lalu Coba Akhiri Hidup

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com