LUMAJANG, KOMPAS.com - Mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menjangkiti hewan ternak di Kabupaten Lumajang dalam kurun waktu hampir satu bulan terakhir meninggalkan luka yang sangat dalam bagi peternak.
Seperti yang dialami Salim Santoso (38), warga Desa Kandang Tepus, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Salim mengaku merugi hingga ratusan juta rupiah.
Salim yang sebelumnya memiliki 36 ekor sapi terpaksa menjual 12 ekor yang terjangkit PMK dengan harga murah.
Ia khawatir sewaktu-waktu sapi yang telah dipeliharanya selama bertahun-tahun mati karena terjangkit PMK.
"Harusnya 12 ekor itu harganya bisa sampai Rp 21 juta, tapi karena sakit hanya laku Rp 9 juta," kata Salim di kandangnya, Minggu (29/5/2022).
Baca juga: Pasar Hewan di Lumajang Disterilisasi, Pedagang Kambing Jualan di Pinggir Jalan
Kesedihannya tidak berhenti sampai di situ. Sebanyak tiga anakan sapi yang baru lahir beberapa bulan lalu juga mati karena penyakit yang sama.
Padahal suplai vitamin, obat-obatan, dan ramuan tradisional terus diberikan agar sapinya terhindar dari PMK.
"Kalau total ya kira-kira lebih dari Rp 150 juta-an, belum termasuk biaya perawatannya itu," tambahnya.
Lebih lanjut, Salim juga bercerita terpaksa membuang susu sapi yang baru diperah karena kualitasnya rusak. Kerusakan itu ditengarai dari kondisi susu yang mengental setelah di perah.
"Ya harus dibuang, karena kan gak bisa disetorkan ke koperasi," katanya.